Minggu, 19 Desember 2010

Xing Ming 姓名 nama china


Bagi Hua Ren, nama bukan hanya sekedar sebutan saja melainkan mempunyai suatu makna yang penting. Makna ini bisa berupa harapan, keberuntungan, kemakmuran dan lain sebagainya. Misalnya Fu (keberuntungan), Chay (kekayaan)

Untuk kaum pria kadang juga diberi nama yang mempunyai konotasi kekuatan, kekuasaan, keberanian dan lain sebagainya. Contohnya antara lain Lung / Liong (Hokian) yang artinya naga yang melambangkan kekuasaan dan sifat perkasa. Contoh lain : Hu / Houw (Hokian) yang artinya harimau, yang melambangkan sifat gagah berani.

Sedangkan bagi kaum wanita seringkali menggunakan nama yang berhubungan dengan kelembutan, kecantikan dan keanggunan. Contohnya antara lain menggunakan kata Lian (teratai), Hiang (harum) dan lain sebagainya.

Pada umumnya nama Tionghoa terdiri dari 3 suku kata yaitu:

1. Suku kata pertama mewakili nama marga menurut garis ayah.
2. Suku kata kedua mewakili generasi atau hirarki keluarga.
3. Suku kata ketiga mewakili pribadi pemilik nama.

Suku kata pertama dalam nama Tionghoa menunjukkan marga / Xing dari orang tersebut.

Sebagian besar marga terdiri dari satu suku kata misalnya Chen / Tan (Hokian), Yang / Yo (Hokian). Tetapi ada juga yang terdiri dari 2 suku kata seperti Shang Guan / Sang Kwan (Hokian), Ouwyang / Auwyong (Hokian).

Orang yang mempunyai marga sama belum tentu satu suku. Misalnya saja marga Lin (Lim) yang digunakan oleh orang Hokian dan juga Konghu. Tetapi walau demikian orang Tionghoa seringkali menghindari perkawinan dengan marga yang sama karena dianggap masih mempunyai hubungan darah.

Sejarah munculnya marga sulit untuk ditelusuri karena telah terbentuk sejak ribuan tahun lalu. Hanya saja ada beberapa dugaan yang mungkin bisa menjadi penyebab munculnya suatu marga antara lain:

1. Menggunakan nama binatang seperti pujaan atau binatang yang dianggap berjasa.

Misalnya saja suatu suku mempunyai marga Lung / Liong (Hokian) yang artinya naga. Ada kemungkinan pada jaman dahulu leluhur suku tersebut menggunakan lambang naga. Contoh lain misalnya suatu suku menggunakan marga Ma yang artinya kuda. Bisajadi bagi mereka kuda mempunyai makna yang penting ataukah sebagai binatang yang berjasa karena membantu meringankan kehidupan mereka atau karena alasan lain.

2. Menggunakan nama gelar atau jabatan.

Misalnya ada kelompok orang yang menggunakan marga Sima yang artinya Menteri Perang. Mungkin dahulu leluhur suku tersebut ada yang menjabat sebagai menteri perang suatu kerajaan sehingga keturunannya menggunakan marga Sima.

3. Menggunakan nama negara.

Misalnya Song, Wei dan Lu, kemungkinan besar mereka yang mempunyai marga tersebut mempunyai kaitan erat dengan negara tersebut.

4. Menggunakan nama daerah

Misalnya saja menggunakan marga Ximen yang artinya gerbang barat, kemungkinan besar leluhur orang tersebut dahulu pernah tinggal atau mempunyai kaitan dengan gerbang barat.

Konon terdapat lebih dari 8000 marga tetapi yang sering terdengar dan banyak dipakai hanya sekitar 300 saja.

BARONGSAI


Barongsai adalah tarian tradisional Tiongkok dengan mengunakan sarung yang menyerupai singa. Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke tiga sebelum masehi. Dan tebagi ata dua bagian tarian dari utara dan dari selatan. Yang terkenal adalah bagian selatan dan paling populer di dunia. Bagian selatan terdiri dari 3 bagian utama warna yang mengambil cerita dari kisah tiga negara. Barongsai kuning emas respresentasi Liu Bei, Barongsai merah yang paling banyak digunakan reprensentasi Guan Yu. Dan Terakhir barongsai hitam representasi Zhang fei. Selain itu juga ada bagian barongsai yang menjadi subbagian diambil dari 3 jendral milik liu bei. seperti barongsai hijau representasi Zhou yun, barongsai kuning representasi Huang zhong, barongsai putih representasi Ma Chao.

Sejarah

Barongsai sebenarnya bukan Budaya Tionghoa 100% adanya pengaruh budaya dari India, sebenarnya barong sai itu terpengaruh dari Agama Buddha yang masuk dari India, karena Masyarakat tTionghoa itu tidak mengenal singa, dengan pengaruhnya agama Buddha di Tionghoa, mempengaruhi sistem strata sosial Masyarakat Tionghoa.

Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda

Barongsai di Indonesia
Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan[3].

Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika jaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda non tionghoa Indonesia yang ikut serta
Barongsai di Indonesia mengalami masa jaya pada masa perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tionghoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki perkumpulan barongsai.

Perkembangan barongsai sempat terhenti pada 1965 setelah meletusnya G -30- S/PKI. Pemerintah memang sudah membatasi peribadatan dan kebudayaan Tionghoa sejak tahun 1960-an dengan alasan menghambat asimilasi.

Perubahan situasi politik membangkitkan kembali seni barongsai dan berbagai kebudayaan Tionghoa lainnya. Sejumlah perkumpulan barongsai pun kembali bermunculan. Sekarang, tak hanya kaum Tionghoa yang memainkan barongsai, tapi juga Non Thionghoa.

Pada Era sekarang Barongsai Sudah sangat Populer dan Sekarang Sudah banyak klub - klub tumbuh pesat
barongsai di Indonesia, sayangnya Kesempatan ini disalah gunakan, banyaknya timbul Barongsai pengamen dijalan.

Barongsai Ada 2 tipe Katogori dalam pemakaiannya :
1. Untuk Ritual
2. Untuk Olahraga/ Kesenian

Kalo untuk ritual Biasanya digunakan dengan upacara sembayang terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk mampu mengusir roh- roh jahat dimuka bumi. Barongsai yang di sembayangkan kadang juga menggunakan medium dewa - dewa lokal atau dewa dewa tertentu dipanggil untuk biasa main bersama dengan pelakunya barongsai alias keadaan kesurupan atau Loktung. Dulu tahun 1950 sampai 1970. Masih mengunakan pratek ini, sementara tahun 2002. Semenjak pemerintahan gusdur ada perbuahan perilaku Budaya, Sehingga terdapat Perbandingan besar antara Barongsai untuk Ritual dan Barongsai untuk Kesenian.

Perbedaan mendasar adalah kalo barongsai mengunakan tehnik kesurupan / Lokthung bisanya mampu bermain dalam 24 jam tanpa henti, Dan sipelakunya tidak mengalami kelelahan sedikitpun.

Dibanding Barongsai untuk kesenian jauh lebih sebentar daripada barongsai Ritual mampu bermain secara 2 jam. Perbedaannya kalo yang kesenian jauh lebih akrobatik dari pada Barong sai lokal.

Dalam budaya Nasionak Barongsai juga mengalami asimilasi budaya dengan Barong di Bali. Mememiliki Ciri khas yang sama.

Bedanya Barongsai pengamen dengan Barongsai kesenian apa ?.

Jwab Barongsai pengamen kalo di tes dengan kepiting yang dikurung dengan sangkar dan disebelahnya di taruh angpao. Kalo dia ambil itu angpao berarti dia barong sai pengamen, selain itu kita tes degan tombak dan di sebelahnya diberi jeruk disisi kiri dan kanan, bila dia pemain asli dia akan meniti terlebih dahulu, lalu jeruknya diambil terlebih dahulu, lalu kemudian dia meniti kembali tombak tersebut. lalu diambil hap, Hasilnya ada temukan Barong sai Asli kesenian, Kalo palsu dia ambil angpao Duluan.
Bagaimana Barong sai bisa masuk Tingkok ternyata ada sejarah membuktikan bahwa Tiongkok pada era awal dinasti han utara tidak mengenal singa. Ketika masuk kedalam 6 dinasti baru,

KUE KERANJANG


Kue Keranjang yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Tii Kwee (甜棵), yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang, adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru Imlek, walaupun tidak di Beijing pada suatu saat. Kue keranjang ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, enam hari menjelang tahun baru Imlek (Jie Sie Siang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah Imlek).

Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (玉皇大帝,Yu Huang Da Di). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang .

Kue keranjang diproduksi banyak kota, salah satunya adalah di Bogor dan Yogyakarta.

# Asal-usul nama

Kue keranjang memiliki nama asli Nien Kao atau Ni-Kwee yang disebut juga kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek. Di Jawa Wetan disebut sebagai kue keranjang sebab dicetak dalam sebuah "keranjang" bolong kecil, sedangkan di Jawa Kulon diberi nama Kue China untuk menunjukkan asal kue tersebut yaitu China, walaupun ada beberapa kalangan yang merujuk pada suku pembuatnya, yaitu orang-orang Tionghoa.

Sedangkan dalam dialek Hokkian, tii kwee berarti kue manis, yang menyebabkan orang-orang tidak sulit menebak kalau kue ini rasanya manis.

# Arti di balik kue keranjang

Di China terdapat kebiasaan saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.

Nien Kao atau Nian Gao, kata Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.

# Bagaimana cara menikmati Kue Keranjang ?

Kue keranjang bisa bertahan hingga 5-6 bulan jika disimpan dengan baik. Bagaimana cara mengolah kue yang umumnya dibungkus daun pisang atau plastik itu ? Sebab, setelah disimpan lama, kue yang berbahan dasar gula merah dan tepung ketan itu sulit dimakan karena keras.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengolah kue keranjang :

1. Jika kue keranjang dibungkus dengan daun pisang, lepaskan daun pisang dari kue, kemudian kukus di dandang selama 10-15 menit. Setelah itu sajikan. Kalau Anda suka, bisa disajikan dengan kelapa muda parut.

2. Siapkan telur, garam, dan tepung terigu, kemudian campur dengan air secukupnya. Siapkan wajan panas, isi dengan minyak secukupnya. Potong-potong kue keranjang sesuai selera, kemudian celupkan dalam adonan tepung dan telur, selanjutnya goreng. Jika Anda lebih suka rasa yang gurih, tidak perlu menggunakan tepung terigu, cukup kocokan telur dan garam saja.

3. Cara lain, kukus kue keranjang, kemudian potong-potong, tambahkan santan. Masukkan dalam daun pisang yang telah dijemur (agar lemas) kemudian kukus sebentar. Sajikan.

SEJARAH CAP GO MEH


Cap-Go-Meh adalah lafal dialek Tio Ciu dan Hokkian. Artinya malam 15. sedangkan lafal dialek Hakka Cang Njiat Pan. Artinya pertengahan bulan satu. Di daratan Tiongkok dinamakan Yuan Xiau Jie dalam bahasa Mandarin artinya festival malam bulan satu. Capgome mulai dirayakan di Indonesia sejak abad ke 17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan. Semasa dinasti Han, pada malam capgome tersebut, raja sendiri khusus keluar istana untuk turut merayakan bersama dengan rakyatnya.
Setiap hari raya baik religius maupun tradisi budaya ada asal- usulnya. Pada saat dinasti Zhou (770 - 256 SM) setiap tanggal 15 malam bulan satu Imlek para petani memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman. Memasang lampion-lampion selain bermanfaat mengusir hama, kini tercipta pemandangan yang indah dimalam hari tanggal 15 bulan satu. Dan untuk menakuti atau mengusir binatang-binatang perusak tanaman, mereka menambah segala bunyi-bunyian serta bermain barongsai, agar lebih ramai dan bermanfaat bagi petani. Kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun menurun, baik didaratan Tiongkok maupun diperantauan diseluruh dunia. Ini adalah salah satu versi darimana asal muasalnya Capgome.

Di barat Capgome dinilai sebagai pesta karnevalnya etnis Tionghoa, karena adanya pawai yang pada umumnya dimulai dari Kelenteng. Kelenteng adalah penyebutan secara keseluruhan untuk tempat ibadah “Tri Dharma” (Buddhism , Taoism dan Confuciusm). Nama Kelenteng sekarang ini sudah dirubah menjadi Vihara yang sebenarnya merupakan sebutan bagi rumah ibadah agama Buddha. Hal ini terjadi sejak pemerintah tidak mengakui keberadaannya agama Kong Hu Chu sebagai agama.

Sedangkan sebutan nama Kelenteng itu sendiri, bukannya berasal dari bahasa China, melainkan berasal dari bahasa Jawa, yang diambil dari perkataan “kelintingan” – lonceng kecil, karena bunyi-bunyian inilah yang sering
Didepan barongsai selalu terdapat seorang penari lainnya yang menggunakan topeng sambil membawa kipas. Biasanya disebut Shi Zi Lang dan penari inilah yang menggiring barongsai untuk meloncat atau bermain atraksi serta memetik sayuran. Sedangkan penari dengan topeng Buddha tertawa disebut Xiao Mian Fo.

Pada awalnya tarian barongsai ini tidak pernah dikaitkan dengan ritual keagamaan manapun juga, tetapi akhirnya karena rakyat percaya, bahwa barongsai itu dapat mengusir hawa-hawa buruk dan roh-roh jahat. Jadi budaya atau kepercayaan rakyat itulah yang akhirnya dimanfaatkan atau bersinergi dengan lembaga keagamaan.

Walaupun demikian pada saat sekarang ini sudah ada aliran modern lainnya yang tidak mengkaitkan dengan upacara keagamaan sama sekali, karena mereka menilai barongsai hanya sekedar asesories untuk nari atau media entertainment saja, seperti juga halnya dengan payung untuk tari payung, atau topeng dalam tarian topeng.

Barongsai sebenarnya sudah populer sejak zaman periode tiga kerajaan (Wu, Wei & Shu Han) tahun 220 – 280 M.

Pada saat itu ketika raja Song Wen sedang kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Panglimanya yang bernama Zhing Que mempunyai ide yang jenius dengan membuat boneka-boneka singa tiruan untuk mengusir pasukan raja Fan. Ternyata usahanya itu berhasil sehingga sejak saat ini mulailah melegenda tarian barongsai tersebut hingga kini.

Tarian naga (liong) disebut “Nong Long”. Binatang mitologi ini selalu digambarkan memiliki kepala unta, bertaring serigala dan bertanduk menjangan.

Naga di Cina dianggap sebagai dewa pelindung, yang bisa memberikan rejeki, kekuatan, kesuburan dan juga air. Air di Cina merupakan lambang rejeki, karena kebanyakan dari mereka hidup dari bercocok tanam, maka dari itu mereka sangat menggantungkan hidupnya dari air. Semua kaisar di Cina menggunakan lambang naga, maka dari itu mereka duduk di singgasana naga, tempat tidur naga, dan memakai pakaian kemahkotaan naga. Orang Cina akan merasa bahagia apabila mendapatkan seorang putera yang lahir di tahun naga.

Kita bisa melihat apakah ini naga lambang dari seorang kaisar ataukah bukan dari jumlah jari di cakarnya. Hanya kaisar yang boleh menggunakan gambar naga dengan lima jari di cakarnya, sedangkan untuk para pejabat lainnya hanya 4 jari. Bagi rakyat biasa yang menggunakan lambang naga cakarnya hanya boleh memiliki 3 jari saja. Naga itu memiliki tiga macam warna, hijau, biru dan merah, dari warna naga tersebut kita bisa melihat kesaktiannya. Naga warna kuning adalah naga yang melambangkan raja.

Pada umumnya untuk tarian naga ini dibuatkan naga yang panjangnya sekitar 35 m dan dibagi dalam 9 bagian, tetapi ketika mereka menyambut tahun baru millennium di China pernah dibuat naga yang panjangnya 3.500 meter dan dimainkannya di atas Tembok Besar China.

Naga tidak selalu dihormati, sebab apabila ada musim kemarau berkepanjangan, maka para petani mengadakan upacara menjemur naga yang dibuat dari tanah liat untuk membalas dendam atau mendemo sang Naga yang tidak mau menurukan hujan, seakan-akan kaum tani tersebut ingin menyatakan “Rasain Lho kering dan panasnya musim kemarau ini!”

Terutama di Jkt dan sekitarnya rasanya kurang komplit apabila pawai Capgome ini tanpa di iringi oleh para pemain musik „Tanjidor“ yang menggunakan instrument musik trompet, tambur dan bajidor (Bedug). Orkes ini sudah dikenal sejak abad ke 18. Konon Valckenier gubenur Belanda pada saat itu sudah memiliki rombongan orkes tanjidor yang terdiri dari 15 orang pemain musik. Tanjidor biasanya hanya dimainkan oleh para budak-budak, oleh sebab itulah musik Tanjidor ini juga sering disebut sebagai „Sklaven Orkest“.

Asal usul tradisi memberikan angpao sewaktu menyambut tahun baru Imlek


Sejak lama, warna merah melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam kebudayaan Tionghoa. Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik.

Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti harfiahnya adalah bungkusan/amplop merah. Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, angpao juga akan ditemukan.

Angpao pada tahun baru Imlek mempunyai istilah khusus yaitu "Ya Sui", yang artinya hadiah yang diberikan untuk anak2 berkaitan dengan pertambahan umur/pergantian tahun. Di zaman dulu, hadiah ini biasanya berupa manisan, bonbon dan makanan. Untuk selanjutnya, karena perkembangan zaman, orang tua merasa lebih mudah memberikan uang dan membiarkan anak2 memutuskan hadiah apa yang akan mereka beli. Tradisi memberikan uang sebagai hadiah Ya Sui ini muncul sekitar zaman Ming dan Qing. Dalam satu literatur mengenai Ya Sui Qian dituliskan bahwa anak2 menggunakan uang untuk membeli petasan, manisan. Tindakan ini juga meningkatkan peredaran uang dan perputaran roda ekonomi di Tiongkok di zaman tersebut.

Angpao apakah disebut angpao di zaman dulu? Bagaimana bentuknya?

Tidak. Uang kertas pertama kali digunakan di Tiongkok pada zaman Dinasti Song, namun baru benar2 resmi digunakan secara luas di zaman Dinasti Ming. Walaupun telah ada uang kertas, namun karena uang kertas nominalnya biasanya sangat besar sehingga jarang digunakan sebagai hadiah Ya Sui kepada anak2.

Di zaman dulu, karena nominal terkecil uang yang beredar di Tiongkok adalah keping perunggu (wen atau tongbao). Keping perunggu ini biasanya berlubang segi empat di tengahnya. Bagian tengah ini diikatkan menjadi untaian uang dengan tali merah. Keluarga kaya biasanya mengikatkan 100 keping perunggu buat Ya Sui orang tua mereka dengan harapan mereka akan berumur panjang.

Jadi, dari sini dapat kita ketahui bahwa bungkusan kertas merah (angpao) yang berisikan uang belum populer di zaman dulu.

Pemberian angpao apakah punya makna tersendiri?

Orang Tionghoa menitik beratkan banyak masalah pada simbol-simbol, demikian pula halnya dengan tradisi Ya Sui ini. Sui dalam Ya Sui berarti umur, mempunyai lafal yang sama dengan karakter Sui yang lain yang berarti bencana. Jadi, Ya Sui bisa disimbolkan sebagai "mengusir/meminimalkan bencana" dengan harapan anak2 yang mendapat hadiah Ya Sui akan melewati 1 tahun ke depan yang aman tenteram tanpa halangan berarti.

Siapa yang wajib memberikan angpao dan berhak menerima angpao?

Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah, karena pernikahan dianggap merupakan batas antara masa kanak2 dan dewasa. Selain itu, ada anggapan bahwa orang yang telah menikah biasanya telah mapan secara ekonomi. Selain memberikan angpao kepada anak2, mereka juga wajib memberikan angpao kepada yang dituakan.

Bagi yang belum menikah, tetap berhak menerima angpao walaupun secara umur, seseorang itu sudah termasuk dewasa. Ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah akan memberikan nasib baik kepada orang tersebut, dalam hal ini tentunya jodoh. Bila seseorang yang belum menikah ingin memberikan angpao, sebaiknya cuma memberikan uang tanpa amplop merah.

Namun tradisi di atas tidak mengikat. Sekarang ini, pemberikan angpao tentunya lebih didasarkan pada kemapanan secara ekonomi, lagipula makna angpao bukan sekedar terbatas berapa besar uang yang ada di dalamnya melainkan lebih jauh adalah bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi.

Seputar Imlek ( Zhao Jun ) / dewa dapur


1.Apa itu dewa dapur dan mengapa harus mengantarnya ?

Dewa dapur itu adalah dewa kuno bahkan sejak dinasti Xia sudah ada
penyembahan terhadapNya.
Kitab klasik Li Ji sudah mencatat bahwa dewa dapur atau Zhao Jun itu
adalah Zu Rong.
Kitab2 lainnya adalah kitab Zhuang Zi bab Da Sheng menulis "Zhao You
Ji" dan dijelaskan secara spesifik oleh Sima Biao bahwa " Ji itu
adalah Zhao Shen (zhao Jun ) mengenakan jubah merah serta cantik".
Kitab Bao Pu Zi juga menjelaskan masalah Zhao Jun ini bahwa Zhao Jun
mencatat perbuatan2 manusia.

Dewa dapur merupakan dewa utama dari 5 dewa rumah , dewa rumah itu
adalah sbb: dewa sumur , dewa tiongcit , dewa pintu dan dewa kamar
mandi.
Dinasti Qing mengenal istilah 3 Zun dan 6 shen dimana 3 zun itu
adalah Guan Yin dan 2 pengiringNya (Jin Tong Yu Nu) serta 5 dewa
rumah , dimana dewa pintu itu ada 2(sepasang).

Kebiasaan membersihkan rumah pada tanggal 24 itu adalah
berasal dari legenda bahwa jaman dahulu itu manusia memiliki dewa
yang disebut san shi shen yang mengikuti manusia bagaikan bayangan.
Dewa ini adalah dewa yang rese serta suka mengadu yang tidak2 kepada
Yu Di.
Lama kelamaan image manusia di mata Yu Di ini menjadi buruk. Suatu
hari SanShi Shen ini mengadu kepada Yu Di bahwa manusia itu sukanya
mengutuk Yu Di serta berencana melawan kekuasaan YuDi.
Yu Di amat marah mendengar hal itu lantas membuat tanda sarang laba2
dirumah2 yang hendak dibantai.Dan memerintahkan Wang LingGuan utk
membantai manusia pada tgl.30 dirumah2 yang ditandai dengan sarang
laba2 itu.
San ShiShen amat senang dan tidak pandang bulu semua rumah ditandai
dengan sarang laba2.
Zhao Jun mendengar hal ini amat sangat terkejut dan membuat suatu
rencana bahwa pada tgl 23 hingga tgl 30 (hari menjemput Zhao Jun)
semua rumah harus membersihkan dari segala macam kotoran dan semua
rumah harus sudah bersih pada tgl.30. Jika tidak bersih pada tgl.30
Zhao Jun tidak akan mau datang kerumah itu.
Hal ini dilaksanakan oleh semua manusia dan ketika tgl.30 Wang Ling
Guan datang utk memeriksa amat terkejut melihat semua rumah bersih
dan org2 bersembayang kepada para leluhur serta meminta perlindungan
utk tahun depan, semoga tahun yang baru membawa harapan yang baru (
Xin Nian Ru Yi).
Wang Ling Guan melaporkan hal ini kepada Yu Di , membuat Yu Di marah
besar dan memeriksa San Shi Shen serta menggampar mulutnya sebanyak
300 kali dan menghukumnya di penjara langit selama2nya.

Kebiasaan membersihkan rumah ini menurut catatan kitab kuno Lu Si Cun
Qiu sudah ada sejak jaman pemerintahan Yao dan Sun.

Kisah2 Zhao Jun mencatat perbuatan manusia juga sudah ada sejak lama.
Pada masa dinasti Ming dan Song kebiasaan mengantar Zhao Jun itu
selalu disertai arak dan mengoleskan arak diseluruh rupang atau
tulisan /papan dewa Zhao Jun. Dengan harapan Zhao Jun mabok dan tidak
bisa melaporkan hal2 buruk manusia dengan baik.
Pada masa dinasti Ming dan Qing itu kebiasaan berubah menjadi
menorehkan madu dan mempersembahkan yang manis2 kepada Zhao Jun.

Bbrp kisah menarik diantara kisah2Nya adalah :

-pada masa dinasti Ming diceritakan bahwa ada satu pelajar yang
hendak memperkosa pembantunya tapi untunglah sipembantu berhasil
meloloskan diri.
Pada saat kejadian itu istri si pelajar bermimpi ada 2 org yang
sedang bercakap2 , yang satu adalah Zhao Jun dan satunya adalah
pembantunnya ( Zhao Jun ada 2 pembantu yaitu Shan Guan dan E Guan ).
Pembantunya berkata ,"Org seperti ini perlukah kita putuskan garis
keturunan atau memotong umurnya ?"
Zhao Jun berkata ,"Jgn dahulu , lebih baik kita lihat saja apakah org
tersebut bisa menyesal atau tidak"
Istri sipelajar kaget dan esoknya menceritakan mimpinya kepada
suaminya.
Sang suami amat terkejut dan tidak menyangka perbuatan buruknya bisa
dicatat oleh Zhao Jun.
Seketika itu dirinya amat ketakutan dan insaf atas perbuatan
buruknya, ia juga menikahkan pembantunhya dengan pasangan yang cocok.
Sejak hari itu pula ia banyak berbuat baik dan berusaha menjauhi
kejahatan.
Kemudian istrinya bermimpi lagi bertemu dengan Zhao Jun. Zhao Jun
berkata ," Bersyukurlah suamimu tidak lagi melakukan perbuatan buruk
serta banyak berbuat baik bahkan menikahkan pembantunya dengan
pasangan yang cocok. Atas perbuatan baik ini Saya khusus melaporkan
hal ini kepada Yu Di dan minta agar umur suamimu diperpanjang."

-Kitab dinasti Han mencatat pada masa pemerintahan Xuan Di ada org
bernama Yin ZhiFang melihat penampakan Zhao Jun. Yin adalah org yang
miskin tapi baik hati.
Ketika itu Yin amat sangat kaget dan sujud. Saat itu pula ia memotong
anjing peliharaannya untuk dipersembahkan pada Zhao Jun. Zhao Jun
amat terharu dan memberi rejeki kepada Yin ZhiFang sehingga Yin
menjadi org yang kaya raya tapi tetap baik hati dan rajin beramal
serta rendah hati.

-Pada masa dinasti Qing upacara pengantaran Zhao Jun ke surga sudah
amat umum bahkan cenderung berlebihan dan berbau menyogok Zhao Jun
agar menceritakan hal2 yang baik saja.
Zhao Jun diceritakan amat marah kepada satu keluarga yang berkelahi
melulu , tidak akur sesama saudara , berlaku kejahatan , menyebar
gosip2 yang tidak benar serta tidak mau berbuat baik , hobbynya
menyogok para dewa.
Zhao Jun diceritakan menampakkan diri dan mengatakan,"Tidak perduli
seberapa besar persembahanmu kepadaKu , tidak perduli berapa banyak
hartamu , tidak perduli seberapa tinggi kedudukanmu. Hal2 itu tidak
akan menggoyahkan diriKu utk mengatakan hal2 sebenarnya. Perbuatan2
baik dan menghindari perbuatan2 buruk itulah persembahan utkku. Jika
kalian bisa berubah pada hari penyambutan diriKu , maka AKU akan
melindungi keluarga kalian."

Dari cerita2 diatas , bisa kita ambil hikmahnya bahwa upacara
pengantaran Zhao Jun pada tgl 23-24 itu adalah upacara intropeksi
diri kita dan pada tgl.30 upacara penyambutan Zhao Jun adalah upacara
bagi diri kita agar bisa berbuat baik lebih banyak lagi.
Persembahan sederhana tapi tulus lebih berharga daripada persembahan
mewah.

Membersihkan rumah , mencat dan memperbaiki rumah selama 6 hari
adalah hal yang dapat dikatakan kita juga merawat rumah yang telah
kita diami selama setahun itu.


2.Mengapa org yang belum menikah tidak boleh memberi angpao , malah
mendapat angpao ?

Org yang telah menikah dalam culture chinese dianggap mereka telah
mapan dan secara ekonomi lebih baik daripada mereka yang belum
menikah.
Juga perkembangan psikologis bagi mereka yang menikah rata2 lebih
baik daripada mereka yang belum menikah.
Mereka yang telah menikah dianggap telah berhasil membentuk suatu
keluarga yang baru. Dan walaupun status adik , tapi jika telah
menikah , kedudukannya lebih tinggi dari kakaknya yang belum menikah.
Untuk itu biasanya sang adik memberi angpao kepada kakaknya. Tidak
perduli berapa umur kakaknya dan tidak perduli berapa kekayaan
kakaknya.
Tapi hal ini tidak berlaku bagi mereka yang memiliki karyawan.
Mereka yang belum menikah tapi memiliki karyawan diwajibkan memberi
angpao sebesar 1 bulan gaji kepada karyawannya.
Biasanya angpao utk karyawan itu diberikan pada tgl.23 atau 24 bulan
12.
Ini diutamakan sebab mereka para karyawan juga memerlukan uang utk
mempersiapkan diri menyambut Imlek.


3.Mengapa pada hari Sin Cia atau tgl. 1 itu tidak boleh menyapu ?

hal ini berkaitan dengan legenda Ru Yen.
Bahkan dapat dikatakan bahwa Ru Yen inilah dewa rejeki sesungguhnya.
Pada catatan Lu Yi Ji menceritakan bahwa jaman dahulu ada pedagang
bernama Qi Ming yang berkenalan dengan QingHong Jun. Qi Ming amat
menghormati Qing sehingga suatu saat Qing mengatakan akan mengabulkan
1 permintaan dari Qi. Ada org yang membisiki Qi agar Qi meminta Ru Yen
(keinginan/harapan semoga terkabul).
Qing terkejut mendengar permintaan Qi ini dan Ru Yen itu sesungguhnya
adalah pelayan wanita Qing. Tapi karena sudah terlanjur berjanji ,
maka Qing memberi Ru Yen kepada Qi.Ketika Ru Yen tinggal dirumah Qi ,
ternyata semua keinginan Qi terkabulkan dan akhirnya ia menjadi org
kaya yang sukses.
Hingga pada saat hari sincia itu Ru Yen terlambat bangun, Qing amat
marah dan hendak memukuli Ru Yen. Ru Yen amat ketakutan dan mengubah
dirinya menjadi kecil kemudian bersembunyi diantara tumpukan sampah
dipengki. Qi Ming memukuli pengki itu dan berteriak memanggil2 Ru Yen.
Tapi Ru Yen tidak muncul2 lagi. Sejak itu Qi berangsur2 menjadi
miskin.

Kebiasaan org2 didaerah Jiang Nan ( Su Hang ) itu adalah
mengikat/merangkai uang dan menaruh dipengki kemudian berteriak2
memanggil Ru Yen.
Walau sekarang kebiasaan memanggil2 nama Ru Yen tidak ada di kalangan
org2 selatan ( Fu Jian , Guang Dong dan sekitarnya) tapi kebiasaan
tidak membuang sampah keluar rumah dan tidak menyapu pada hari sincia
itu masih ada. Harapannya adalah semoga Ru Yen tidak diturut terbuang
bersama dengan sampah2 itu.

Makna atau pesan moral dari cerita itu adalah jgn berlaku kejam
kepada bawahan sendiri. Seorg pedagang atau pengusaha tetap
memerlukan pelayan/pembantu dalam hal usaha mencapai keinginan.
Termasuk siapapun jgn kejam2 terhadap karyawan atau pembantu.
Karena tanpa mereka juga kita tidak bisa apa apa.

Tradisi Imlek/ Makanan Sajian Imlek


Cara merayakan imlek tergantung dari ethnic group dan selalu berlainan. Ini mungkin juga disebabkan oleh perbedaan musim atau cuaca pada hari tsb dan cara mereka makan.

Community yg asal dari northern provincies biasanya merarayakannya dgn bersama2 membikin dumpling [chiaoche] - semacam pangsit yg berisi daging dan sayuran yg cara bungkusnya kaya duit perak jaman dulu.[Ingeris bilang juga potsticker]
Biasanya semalam belum newyear keluarga berkumpul dan bersama2 membikin kulit dumpling ini dan membungkusnya. Didalam satu dari ratusan yg dibikin - diberikan coin perak. Yg mendapat dumpling ini tahun yg akn datang katanya bakal mendapt rejeki.
Biasanya makan dumpling ini adalah pada midnight tepat pada detik tahun baru.

Ada community yg mungkin juga asal ditengah {?] yg selalu memakan kepala babi sebagai hidangan yg utama pada hari ray ini. Yg penting disini adalah adanya kuping babi, lidah babi, cheek dari babi dan otak babi. Biasanya kepala babi ini di masak kecap [hung-saw] tetapi banyak yg hanya direbus dan kemudian dipotong tipis2 Saya kira tradisi ini diTaiwan dibeberapa community dipakai. Untuk mereka yg pada hari imlek ini sembayang utk leluhur biasanya ada 3 macem yg penting diatas meja abu -
Ayam atau bebek yg utuh [whole dgn segala bagian dari darah etc ada] sebagai synbol untuk udara,
Ikan sebagi symbol dari air - Ini bisa ikan emas ikan bandeng atau ikan salmon [ ikan pai tu di daerah singapore] semacam ikan yg bulat dan yg dapt hidup dilut dan disungai.,
Kepala babi sebagai symbol dari tanah

Untuk community yg asal dari Kwangtung - banyak yg pada hari imlek ini makan vegetarian dan makan semacam campuran dari bahan2 kering yg bersymbol sesuatu. Mereka menyebutnya masakan fachai. Isinya 8 macam sayuran kering:
Lilly flower [chingchen], jamur kuping yg hitam [mu-erl], kembang tahu [Fu chuk], So-oen [glassy noodles] Gingko beans, sea-moss[fa chai], dried oyster, bambu rebung
Semua ini direbus sampai empuk dan diberikan sauce dari plum dan oyster . Semua bahan2 kurang lebih merupakan semacam symbol rejeki, musim semi, new life etc.
------------------------------------------------------------ -----

# Tradisi Bunga Mei Hua

Di negeri Tiongkok dikenal terdapat 4 musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Tahun baru Imlek datang bersamaan dengan musim semi, maka dulu dikenal dengan istilah Festival Musim Semi (Kuo Chun Ciek). Festival ini berlangsung sangat meriah dan pernah dijadikan agenda tahunan oleh pemerintah Cina.
Bunga Mei Hwa adalah pertanda datangnya musim semi. Itulah sebabnya terdapat tradisi di masyarakat Tionghoa, menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba, sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman dan indah. Tidak ada makna spiritual dalam kehadiran bunga Mei Hwa tersebut.

Bunga2 juga penting untuk hari imlek ini. Kalau orang vietnam perlu semacam cherry blossom yg tepat pada hari itu berbunga merah. Haraga sebatang dari bunga ini diSF sekarang bisa $25-40 dollar. Orang kwantung sekarang ingin kembang gladiola yg merah - sebab bunga ini mekarnya mulai dari bawah naik keatas [symbolik bagus] Kembang narcissus yg putih dan semacam chrysantemum [cheu hua] yg berwarna kuning juga serng dipakai. Sekarang ini sebagai penggantinya juga kembang tulip dipakai.

------------------------------------------------------------ ----
# Tradisi Jeruk Bali

Buah jeruk bali yang disajikan setiap hari raya Imlek mempunyai kisah dan makna tersendiri. Dalam bahasa Tionghoa, jeruk bali disebut Jik yang juga berarti selamat. Maka timbullah ungkapan MandarinTah Jik, artinya besar selamat atau amat selamat.
Buah jeruk bali biasanya diletakkan di atas meja ruang tamu. Buah yang dipilih terutama yang sepasang atau lebih, terutama yang memiliki daun di dekat buahnya. Jeruk bali tersebut ditempeli kertas merah dan juga disajikan di meja altar dekat tempat sembahyang sampai hari Cap Go Meh.


------------------------------------------------------------ ----
# Tradisi Kue Keranjang


Kueh Keranjang atau Nian Gao atau lebih sering disebut kue kranjang (tii
kwee) adalah kue wajib imlek. Kue ini mendapat nama dari cetakannya yang
terbuat dari keranjang. Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan
juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering
disusun tinggi atau bertingkat.

Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna
peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya
atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah.
Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di
bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak
dan mekar seperti kue mangkok.

Kue-kue yang disajikan pada hari raya tahun baru Imlek pada umumnya ada jauh
lebih manis daripada biasanya, sebab dengan demikian diharapkan di tahun
mendatang jalan hidup kita bisa menjadi lebih manis lagi daripada di
tahun-tahun sebelumnya.

Menurut kepercayaan tionghoa zaman dahulu, rakyat Tiongkok percaya bahwa anglo dalam dapur di setiap rumah didiami oleh Dewa Tungku, dewa yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti (Raja Surga) untuk mengawasi setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari.Kue Keranjang Setiap tanggal 24 bulan 12 Imlek (enam hari sebelum pergantian tahun), Dewa Tungku akan pulang ke Surga untuk melaporkan tugasnya. Maka untuk menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi rakyat, timbullah gagasan untuk menyediakan hidangan yang menyenangkan Dewa Tungku. Seluruh warga kemudian menyediakan dodol manis yang disajikan dalam keranjang, disebut Kue Keranjang.
Kue Keranjang berbentuk bulat, mengandung makna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Kue Keranjang disajikan di depan altar atau di dekat tempat sembahyang di rumah.
Sekarang ini banyak yg membicarakan tradisi2 yg dipakai oleh chinese community untuk merayakan tahun baru.
------------------------------------------------------------ ----
Kue wajib lainnya adalah kue lapis legit (spekkoek) sebagai pelambang
datangnya rezeki yang berlapis-lapis dan saling tumpang tindih di tahun yang
akan datang, sehingga dengan demikian bisa dapat merasakan kehidupan yang
lebih lebih manis dan lebih legit lagi. Kue lapis legit yang sering juga
disebut sebagai "Thousand Layer Cake", walaupun memang benar menggunakan
mentega dari Belanda (roomboter), tetapi orang-orang di Belanda nya sendiri,
mereka tidak mengenal kue itu. Mungkin perkataan "spek" ini diambil dari
bahasa Belanda yang berarti lapisan lemak babi (bacon = bhs Inggris), karena
bentuknya mirip spek.
------------------------------------------------------------ ----
Buah-buahan wajib yang sudah pasti adalah pisang raja atau pisang mas yang
melambangkan mas atau kemakmuran. Begitu juga dengan jeruk kuning dan
diusahakan yang ada daunnya sebab ini melambangkan kemakmuran yang akan
selalu tumbuh terus. Sedangkan tebu melambangkan kehidupan manis yang
panjang. Walaupun demikian harus dihindari buah2an yang berduri seperti
salak atau durian, terkecuali nanas karena namanya Wang Li yang ucapannya
mirip dengan kata Wang (berjaya) disamping itu nanas juga bisa dilambangkan
sebagai mahkota raja.
------------------------------------------------------------ ------
Selain buah2an dianjurkan juga untuk makan manisan seperti kolang kaling
agar pikiran bisa menjadi jernih terus dan juga agar2 yang sebaiknya
disajikan dalam bentuk bintang agar kehidupan maupun jabatannya dimasa yang
akan datang bisa menjadi lebih terang dan bersinar.

Selain makanan yang wajib disajikan ada juga makanan yang sebaiknya
dihindari atau dipantangkan seperti bubur, sebab ini melambangkan kemiskinan
atau kesusahan. Maklum pada saat musim kelaparan di Tiongkok mereka tidak
bisa menyajikan nasi. Disamping itu makanan-makanan yang berasa pahit
seperti pare dan fumak sebaiknya ini juga dihindari sebab makanan tersebut
melambangkan kepahitan hidup.
------------------------------------------------------------ ----

Saat merayakan tahun baru Imlek kebanyakan orang Tionghoa membuat Samseng
(artinya: tiga macam daging kurban) yang terdiri dari tiga jenis macam
binatang yaitu ikan bandeng, ayam betina, dan daging babi.

Tujuan dibuatnya Samseng tersebut adalah sebagai perlambang sifat dari
hewan; agar kita sebagai manusia tidak meniru sifat yang dilakukan oleh
ketiga jenis binatang tersebut. Babi pemalas, karena kerjanya hanya makan
dan tidur. Ayam yang suka pindah-pindah pada saat makan, sehinggga ketika
makanan yang ada didepan matanya belum habis pun sudah mau pindah lagi ke
tempat lain atau melambangkan sifat yang serakah. Lain halnya dengan ikan
bandeng, karena kulit ikan itu bersisik maka ini bisa diumpamakan seperti
seekor ular, dengan pengertian agar kita jangan berlaku jahat pada orang
lain seperti ular.
Khusus umat buddha tionghoa persembahan Samseng tidak dianjurkan dalam sembayang tahun Imlek biasanya diganti dengan buah -buahan. Karena persembahan berbentuk hewan dilarang dalam agama Buddha (sebagai lobha atau dosa). Sehingga Masyarakat Tionghoa beragama Budhis tidak menggunakan hewan sebagai korban persembahan.
------------------------------------------------------------ ---

Ikan

ada juga yang menghubungkan ikan sebagai perlambang rezeki, karena
dalam logat Mandarin kata "ikan" sama bunyinya dengan kata "yu" yang berarti
rezeki oleh sebab itulah dibanyak restoran Tionghoa terutama di Holland
selalu ada aquarium ikan ikan mas yang melambangkan rejeki yang dilumuri
dengan emas yang berjibun. Atau ikan gurame sebagai lambang rejeki yang sering digunakan oleh masyarakat tionghoa terutama pada malam tahun baru imlek sebagai makanan utama mereka. dengan tujuan agar dalam satu tahun kedepan rejeki mudah didapat.
------------------------------------------------------------ -----

Mie

Disamping itu seperti juga pada saat merayakan pesta HUT; mie juga merupakan
satu makanan wajib, sebab mie itu melambangkan panjang umur terutama Siu Mie
/ Shou Mian = "Mie pajang umur". Mie ini harus disajikan tanpa putus dari
ujung awal ke ujung akhir jadi benar-benar merupakan satu utaian mie, sebab
dengan demikian diharapkan umur kita pun tidak akan putus2nya alias manjang
terus. Walaupun demikian pada saat mau disantap mie tersebut boleh dipotong,
maklum apabila saatnya tiba toh akhirnya usia manusia tersebut akan putus
juga.

Penyebutan Angka Tahun Baru Imlek yg Benar


SERBA – SERBI TAHUN BARU IMLEK .

Sebutan angka Tahun yang tepat

Kata "Imlek" berasal dari dialek bhs Hokkian yang berarti "Penanggalan bulan" atau "Yinli" dalam bhs Mandarin. Tahun Baru Imlek di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan "Chunjie"(perayaan musim semi).Kegiatan perayaan itu disebut "Guo nian"(memasuki tahun baru),sedang di Indonesia lebih
dikenal dengan sebutan "Kou Nian / Konyan".

Di Indonesia kebanyakan Tahun Baru Imlek dirayakan juga sebagai perayaan hari lahirnya Kong Hu Chu yang lahir di tahun 551 SM, sehingga dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan masehi itu berselisih 551 tahun.Jika tahun Masehi saat ini 2010,maka tahun Imleknya menjadi 2010 + 551 = 2561, maka bagi pemeluk Agama Kong Hu Chu , Tao maupun Budha sangat tepat kalau disebut sebagai Tahun Baru Imlek ke 2651.

Menurut kebanyakan negara diluar Indonesia perayakan tahun baru Imlek dihitung berdasarkan penanggalan Imlek yg dimulai sejak tanggal 8 Maret 2637 SM, sewaktu Kaisar Kuning / Huang Ti (2698-2598 SM)mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Jadi tepatnya ialah 4643 tahun yang lampau, ini adalah Sejarah Tahun Baru Imlek yg masih terdata sampai sekarang, bagi masyarakat Tionghoa yang bukan pemeluk ketiga agama diatas, tentunya Tidak Dilarang dan masih layak untuk turut merayakannya bersama Masyarakat Tionghoa lainnya, karena Hari raya ini juga merupakan Hari Raya Tradisi dalam memberikan penghormatan kepada pihak yang lebih tua ataupun kepada orang tua nya dan ini dalam agama apapun itu adalah Wajib Hukum nya, sejauh tidak mengikuti Ritual persembahyangan dengan tata cara agama lain , maka tidak perlu khawatir lagi untuk ikut bergembira dan merayakan Tahun Baru Imlek. Akan tetapi lebih tepat rasanya untuk mereka yg beragma lain kalau menyebutkan Thn Baru Imlek kali ini sebagai Tahun Baru Imlek ke 4643 , sebab bagi mereka ini tahun baru Imlek sifatnya hanya dirayakan sebagai meneruskan tradisi , adat dan kebudayaan dan tidak ada kaitannya dengan Agama tertentu ( terutama Agama Kong Hu Chu , Tao maupun Budha ).

Ada beberapa tradisi yang masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa untuk menyambut Tahun Baru Cina ( Imlek ) antara lain :

1. Tradisi Bunga Mei Hua
Di negeri Tiongkok dikenal terdapat 4 musim,yaitu musim semi,musim panas,musim gugur dan musim dingin.Tahun baru Imlek datang bersamaan dengan musim semi, maka dulu dikenal dengan istilah Festival Musim Semi(Kuo Chun Ciek).Festival ini berlangsung sangat meriah dan pernah dijadikan agenda tahunan oleh pemerintah Cina.

Bunga Mei Hwa adalah pertanda datangnya musim semi.Itulah sebabnya terdapat tradisi di masyarakat Tionghoa,menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba,sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman dan indah.Tidak ada makna spiritual dalam kehadiran bunga Mei Hwa tersebut.

2.Tradisi saji Jeruk kuning,Apel dan Pear
Buah jeruk kuning yang disajikan setiap hari raya Imlek mempunyai kisah dan makna tersendiri.Buah jeruk biasanya diletakkan di atas meja ruang tamu.Buah yang dipilih terutama yang sepasang atau lebih,terutama yang memiliki daun di dekat buahnya.Jeruk tersebut ditempeli kertas merah dan juga disajikan di meja altar dekat tempat sembahyang sampai hari Cap Go Meh.

Kata "jeruk" dalam bhs Tionghoa bunyinya hampir sama dengan "Da Ji", sedangkan arti kata dari "Da Ji" itu sendiri berarti besar rejeki. Sedangkan untuk buah "Apel"(pin guo)mempunyai arti "Ping Ping An An" sama artinya dengan "Da Li" yang berarti besar kesehatannya dan keselamatannya dan untuk buah Pear melambangkan kebahagian yang atinya "Sun Sun Li Li". Oleh sebab itu ketiga macam buah ini selalu menghiasi meja sembahyangan yang mengartikan "Da Ji Da Li Sun Sun Li Li" = "Besar rejeki,besar kesehatan & keselamatannya dan besar pula kebahagiaannya".

3.Tradisi Kue Keranjang
Salah satu kue khas perayaan tahun baru Imlek adalah kue keranjang. Menurut kepercayaan zaman dahulu,rakyat Tiongkok percaya bahwa anglo dalam dapur di setiap rumah didiami oleh Dewa Tungku, dewa yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti(Raja Surga)untuk mengawasi setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari.Setiap tanggal 24 bulan 12 Imlek (enam hari sebelum pergantian tahun),Dewa Tungku akan pulang ke Surga untuk melaporkan tugasnya.Maka untuk menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi rakyat,timbullah gagasan untuk menyediakan hidangan yang menyenangkan Dewa Tungku.Seluruh warga kemudian menyediakan dodol manis yang disajikan dalam keranjang,disebut Kue Keranjang.

Kue Keranjang berbentuk bulat,mengandung makna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu,rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.Kue Keranjang disajikan di depan altar atau di dekat tempat sembahyang di rumah.

4.Tradisi Mercon,Kembang Api,dan Lampion Merah
Menurut legenda,pada zaman dahulu setiap akhir tahun muncul sejenis binatang buas yang brnama Nian yang memangsa apa saja yang dijumpainya. Binatang ini muncul tepat pada saat menjelang tahun baru Imlek. Nian ini lama kelamaan menjadi berarti Tahun (Nian) dan di dalam penanggalan Imlek dilambangkan dengan 12 jenis binatang yang dikenal dengan shio-shio Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi,Tikus,Ke rbau,Macan dan Kelinci. Untuk menjaga diri dari serangan Nian Show, menjelang tahun baru,semua pintu dan jendela di pemukiman penduduk ditutup rapat hingga hari maut itu berlalu.Masing-masing keluarga berkumpul di rumah.

Setelah beberapa tahun ternyata Nian tersebut tidak lagi muncul pada tahun baru Imlek.Hal ini membuat kecemasan masyarakat hilang dan tahun baru dirayakan dengan leluasa.Sampai akhirnya pada suatu tahun makhluk ini kembali muncul dan membuat kekacauan.Beberapa rumah penduduk ternyata terhindar dari serangan.Konon hal ini dikarenakan Nian Show takut pada benda-benda yang berwarna merah, juga pada mercon.Sejak itu setiap akhir tahun masyarakat Tionghoa menggantung kain, lampion dan kertas merah di rumah-rumah dengan dilengkapi puisi-puisi indah dalam tulisan,serta memasang mercon dan kembang api untuk mengusir makhluk Nian Show yang berupa hawa jahat.

5.Tradisi Barongsai dan Naga(Liong).
Huang Kun Zhang,seorang guru besar Universitas Jinan menyebutkan, Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi.Kala itu pasukan dari Raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi.Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan.Ternyata upaya itu berjalan sukses hingga akhirnya tarian barongsai pun melegenda hingga kini.Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17,ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan.

Di Tiongkok kesenian Barongsai dikenal dengan nama LUNGWU,namun khusus untuk menyebut tarian Singa.Tarian Naga disebut SHIWU dalam bahasa Mandarin.Sebutan Barongsai bukan berasal dari Cina,kemungkinan kata Barong diambil dari bahasa Melayu yang mirip dengan konsep kesenian Barong Jawa,sedangkan kata Sai bermakna Singa dalam dialek Hokkian.

Konon Naga adalah binatang lambang kesuburan atau pembawa berkah. Binatang mitologi ini selalu digambarkan memiliki kepala singa,bertaring serigala dan bertanduk menjangan.Tubuhnya panjang seperti ular dengan sisik ikan,tetapi memiliki cakar mirip elang.Sedangkan singa dalam masyarakat Cina merupakan simbol penolak bala. Maka tarian barongsai dianggap mendatangkan kebaikan, kesejahteraan,kedamaian dan kebahagiaan.Tarian barongsai dilengkapi replika Naga(Liong),Singa dan Qilin (binatang bertanduk).Tetapi tidak semua perkumpulan memainkannya. Kebanyakan hanya berupa kepala singa saja.Alasannya tarian Singa dianggap lebih mudah dan praktis dibawakan karena lokasi yang digunakan tidak perlu luas.Atraksi topeng Singa hanya membutuhkan dua orang pemain.Seni bela diri menjadi kunci permainan ini sehingga banyak pemainnya berasal dari perguruan kungfu atau wushu.Gerakannya berciri akrobatik seperti salto,meloncat atau berguling.Tarian Barongsai biasanya diiringi musik tambur, gong,dan cymbal.

6.Tradisi Angpao
Konon Angpauw ini bukan hanya sekedar dapat membawa keberuntungan saja,bahkan dapat melindungi anak-anak dari roh jahat,sebab uang(Qian) secara harfiah berarti dapat "menekan kekuatan jahat" atau "Ya Sui Qian", masalahnya ada roh jahat yang bernama Sui; yang selalu hadir setahun sekali untuk mengganggu anak-anak kecil,maka dari itu di usulkan sebagai penangkal roh tersebut,sebaiknya ditaruh koin yang dibungkus dengan kertas merah sebagai tumbal dibawah bantalnya mereka.Maklum unsur api yang membakar pada warna merah dapat melindungi dari pengaruh jahat.Sama seperti Dracula yg takut melihat salib.

SEJARAH TAHUN BARU IMLEK

SEJARAH PERINGATAN TAHUN BARU IMLEK

Asal-usul perayaan Tahun Baru Imlek

Tahun Baru Imlek ini sudah terlalu tua dan lama untuk dikaji dan ditelusuri. Walau bagaimanapun, pendapat umum mengatakan, bahasa Mandarin ‘Nian’ atau yang bermaksud ‘Tahun’ dalam bahasa Melayu, pada mulanya adalah nama untuk sejenis Mahluk Raksasa yang sering mencari mangsa pada malam hari sebelum Tahun Baru Imlek tiba.

Menurut legenda, Nian mempunyai mulut yang sangat besar, sehingga mampu memakan manusia dengan sekali telan. Manusia pada waktu itu sangat takut akan raksasa Nian ini dan sang Mahluk Nian ini pasti akan turun pada malam Tahun Baru yang bersamaan dengan habisnya Musim Dingin dan disusul dengan tibanya Musim Semi.

Diperkirakan binatang ini mungkin sejenis Beruang Raksasa yang sangat besar ataupun sejenis Yeti yaitu Manusia Salju Raksasa yang diperkirakan masih ada sampai sa’at ini di pegunungan Himalaya, mahluk ini selama musim dingin bersembunyi dan berpuasa didalam goa-goa diatas gunung dan begitu musim semi tiba Mahluk ini turun untuk mengisi perutnya yang sudah berpuasa selama musim dingin.

Pada satu hari, persis malam Tahun Baru Imlek ada kebun buluh yang berdekatan perkampungan penduduk terbakar. Buluh-buluh yang terbakar itu meletup dan mengeluarkan bunyi yang sangat kuat seperti mercon dan mengeluarkan cahaya kemerahan . Suara-suara ini telah membuat Nian menjadi ketakutan, lalu Nian itu malah seperti menari-nari dan pergi menjauhi perkampungan itu maupun kampung lain yang berdekatan, maka sejak saat itu setiap akhir musim dingin selalu diadakan tetabuhan yang sangat riuh dan penyalaan mercon yang sambung menyambung yang dimaksudkan agar mahluk Nian menjadi takut.

Menurut legendanya sejak saat itu setiap kali Nian tersebut turun diakhir musim dingin, dibunyikan tetabuhan yang membuat Nian malah menari-nari mengikuti tetabuhan yang ada dan masyarakatpun bergotong royong memberinya makanan agar Nian tidak lagi memangsa manusia, setelah selesai makan dengan kenyang Nian itu kembali keatas gunung dengan damai, kemungkinan inilah awal mulanya orang memberikan angpao pada Barongsay yang datang ke rumah-rumah mereka.

Dari saat itu para orang-orang tua berpesan kepada seluruh warga dan orang-orang kampung lainnya untuk menggantungkan kertas berwarna merah di pintu-pintu, Jendela dan atap rumah mereka pada setiap waktu menjelangnya tahun baru dan membuat bunyi-bunyian yang gaduh, karena mereka tahu bahwa Nian tidak akan mengganas lagi seperti semula.

Ternyata warna merah sangat ditakuti oleh Nian dan bunyi-bunyian keras sangat membuat Nian menjadi tidak berselera untuk memakan manusia lagi, dan ternyata itu semua mampu menghalau mahluk raksasa itu.

Begitulah legenda yang dipercayai oleh masyarakat di daratan Tiongkok dahulu kala . Kebiasaan bermain mercon Tahun baru Imlek dan menggantung kertas merah masih diteruskan hingga hari ini, walaupun ada di antara masyarakat terutama yang masih muda tidak tahu tujuan sebenarnya dari dilakukannya kebiasaan tersebut . Mereka hanya beranggapan bahwa kebiasaan tersebut hanya akan menceriakan suasana menyambut Tahun Baru.

Bermain mercon pada malam Tahun Baru merupakan suatu cara untuk mengucapkan selamat tinggal kepada tahun yang akan ditinggalkan, dan merayakan ketibaan tahun baru. Pada waktu tengah malam sebelum tahun baru, semua pintu dan jendela mesti dibuka untuk membiarkan Tahun yang lama berlalu.

Mercon dan Tarian Singa ( Barongsay )

Mercon dan tarian singa amat identik dengan perayaan menyambut Tahun Baru Imlek. Mercon dinyalakan dengan tujuan untuk mengusir makhluk dan kekuatan jahat lain yang sering menganggu ketenteraman manusia. Tetapi sekarang ini dari tahun ke tahun , mercon hanya sekedar dinyalakan untuk menandai tibanya musim perayaan tahun baru.

Tarian Singa alias Barongsay sekarang ini telah menjadi tarian yang penuh dengan nilai sakral dan nilai seni yang tinggi dan menjadi simbol yang menakjubkan bagi masyarakat Daratan Tiongkok. Biasanya Barongsay dimainkan oleh dua pemain, dan memakan waktu yang lama untuk berlatih sebelum seseorang benar-benar mahir memainkan Barongsay dan pada umumnya dipercaya bahwa pada zaman dulu para pemainnya diharuskan mahir memainkan jurus-jurus Kung Fu.

Barongsay inilah yang diperkirakan adalah merupakan perwujudan dari Mahluk Nian pada zaman dulu dan telah berevolusi menjadi barongsay dengan bentuknya seperti yang sekarang kita kenal dalam banyak perayaan.

Angpau

Mengapa pada setiap perayaan Tahun Baru Imlek Angpao sangat dinanti-nantikan terutama oleh anak-anak dan kaum muda yang belum menikah, pemberian ‘angpau’ atau sampul merah yang berisi duit ini merupakan salah satu ciri khas dari perayaan Tahun Baru Imlek , mereka yang layak untuk menerima angpau adalah mereka yang datang kepada orang yang lebih tua dan memberikan Ucapan Selamat , penghormatan dan mendoakan mereka yang lebih tua , dan dengan pemberian Angpao ini juga dimaksudkan untuk membantu generasi yang lebih muda untuk bisa meraih masa depan yang lebih baik .

Bagi orang-orang tua pemberian uang atau angpau ini dimaksudkan untuk memberikan balasan atas ucapan selamat dari anak-anak nya maupun saudara-saudaranya yang lebih muda dan berharap memperoleh rejeki , kekayaan dan nasib yang lebih baik untuk tahun yang akan dilewati. Buat orang yang merayakannya ini merupakan sejenis amal dan ini juga merupakan simbol tingkat kekayaan yang dimiliki, bagi keluarga yang lebih kaya akan memberikan Angpao yang lebih besar. Dan ada kepercayaan uang tersebut akan sangat baik bila dipergunakan untuk modal kerja dan boleh juga digunakan untuk membayar hutang yang tertunggak, maka tak heran bila zaman dahulu banyak orang akan mengantri di rumah-rumah para Tauke dan orang-orang kaya untuk sekedar mendapatkan Angpao pada saat Tahun Baru Imlek .

Pantangan dan Larangan ketika menyambut Tahun Baru Imlek

Pembersihan rumah

Seluruh kawasan rumah mesti dicuci dan dibersihkan sebelum tibanya Tahun Baru Imlek. Pada malam sebelum Tahun Baru, semua alat penyapu, alat mengepel dan semua jenis alat mencuci harus di simpan di tempat yang aman. Menyapu , mengepel dan membersihkan rumah sangat pantang dan tidak patut dilakukan pada hari Tahun Baru Imlek , karena menurut banyak kepercayaan pada masyarakat daratan Tiongkok dari zaman dulu , nasib baik akan ikut tersapu bersama dengan sampah-sampah tersebut.

Selewatnya perayaan dan hari Tahun Baru, lantai dan rumah baru boleh dibersihkan , bermula dari pintu utama menuju ke tengah rumah dan sampah-sampah yang disapu tidak boleh dibuang dulu karena masih harus ditaruh didalam rumah minimal sampai hari ke lima setelah Tahun Baru, barulah sampah-sampah tersebut boleh dibuang .

Aktivitas di Tahun Baru

Semua hutang sebaiknya dibayar sebelum Tahun Baru Imlek tiba. Semua orang harus menjaga tingkah lakunya masing-masing pada hari Tahun Baru tersebut . Dilarang keras menggunakan kata-kata kotor dan apalagi makian yang dipercaya bisa membawa sial dan akan berakibat tidak baik, Dilarang melakukan tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan keributan ataupun pertengkaran, pokoknya semua harus bersuasana Riang & Gembira dan semua dendam juga harus dihapuskan.

Membicarakan dan menyayangkan pada tahun yang lepas pun dilarang pada hari Tahun Baru itu karena segala-segalanya mestilah maju ke depan dan tidak boleh memandang ke belakang lagi. Pada hari Tahun Baru pun sama sekali Dilarang untuk bersedih apalagi menangis, karena dikhawatirkan orang tersebut akan bersedih dan menangis sepanjang tahun tersebut.

Kebersihan dan penampilan diri

Pada hari Tahun Baru, sama sekali dilarang mencuci rambut apalagi memotongnya , karena dikhawatirkan hal ini akan mengakibatkan orang tersebut mengusir pergi segala nasib baik pada Tahun Baru yang akan dilalui itu. Pakaian merah banyak dianjurkan untuk dipakai. Karena warna Merah dianggap warna cerah , terang dan membawa hoki , hal ini memungkinkan pemakainya memperolehi masa depan yang terang dan cerah. Dipercaya bahwa cara berpakaian yang baik pada tahun baru akan menentukan nasib seseorang itu pada tahun tersebut.

Kalender Imlek / Kalender Lunar / Kalender Bulan

Kalender Lunar / Kalender Imlek ini merupakan salah satu kalendar yang tertua di dunia, karena telah mulai digunakan sejak 2600 Sebelum Masehi ( +/- hampir 5000 tahun yang lalu ) jadi penghitungan menurut kalender ini buat orang-orang Daratan Tiongkok lebih merupakan tradisi yang sudah berlangsung ribuan tahun bahkan jauh sebelum lahirnya Nabi Khongcu maupun Nabi Lautze, Kalender Imlek ini sudah berlaku dan diikuti oleh masyarakat luas .

Pengggunaan kalender ini pada mulanya diperkenalkan oleh Maharaja Huang Ti. Seperti kalender barat / Internasional ( Gregorian ), Kalender Imlek juga berdasarkan pada perhitungan yang mengenal ada 12 bulan setiap tahunnya , pergantian tahun dan permulaan tahun dimulai berdasarkan pergantian bulan ( Cia Gwee ). permulaan tahun bagi Kalender Imlek ini selalu jatuh di sekitar akhir bulan Januari sampai akhir bulan Februari , hal ini menurut perhitungan para astrolog Tiongkok zaman dulu selalu bertepatan dengan mulai mencairnya salju pertanda berakhirnya musim dingin dan bermulanya musim Semi ataupun musin tanam, maka Tahun Baru Imlek di Tiongkok juga disebut sebagai Chuen Chie atau Pesta Musim Semi dan semua orang bersuka ria karena akan menyambut tanaman dan panenan yang baru , hal ini identik dengan rejeki baru maka orang akan saling mengucapkan “ Sin Cun Kiong Hie “ yang arti secara harafiahnya kurang lebih adalah “ Selamat merayakan Musim Semi “ .

Sedangkan istilah “ Kong Xie Fat Choi “ ( kalau tidak salah berasal dari Bhs daerah Kongfu ) yang dikenal sekarang ini sebenarnya kurang lebih atau secara umum berarti “ Selamat dan Semoga Sukses “ , istilah ini baru timbul belakangan dan diperkirakan istilah itu mulai timbul dan populer di Hong Kong pada sekitar dekade Tahun 1970 an, demikian juga dengan Angka Keberuntungan , di daratan Tiongkok dari dahulu kala Angka Keberuntungan adalah 9 ( sembilan ) karena angka ini dianggap sebagai angka yang tertinggi, maka tidak heran bila para Kaisar Tiongkok Zaman dahulu selalu mengagungkan angka 9 ini , bahkan konon kabarnya ada satu Kaisar yang mempunyai selir sampai sebanyak 9.999 ( bayangkan kalau sehari 1 selir yg digilir, lalu selir yg terakhir harus menunggu sampai berapa lama ?? keburu menjadi nenek-nenek peyot ).

Tetapi belakangan timbul kepercayaan baru bahwa Angka Keberuntungan adalah 8 , disebutkan bahwa angka 8 ini adalah satu-satu angka yang tidak terputus waktu dituliskan dan ini akan membuat Hoki kita juga tidak terputus, hal ini sampai-sampai membuat pemerintah Tiongkok di zaman modern ini pun percaya dan mengadakan Pesta Olimpiade pada Tanggal 8 , bulan 8 , Tahun ’08 dan dibuka tepat pada jam 8 malam ( di Tiongkok tidak dikenal pukul 20.00 ), karena mereka juga percaya pada keagungan angka 8 ini, maka jangan heran kalau pada hari dan tanggal tersebut banyak ibu-ibu hamil yang percaya pada keagungan angka 8 ini minta anaknya dilahirkan pada hari tersebut ( biar Hoki katanya ).

Satu putaran lengkap Kalender Imlek ini adalah selama 60 tahun, hal ini karena pada Kalender Imlek dikenal 12 simbol Tahun ( Shio ) yang dilambangkan dengan 12 binatang dan disamping itu ada Lima Unsur yang disebut sebagai Ngo Heng , penamaan Tahun juga disebut dengan nama dan lambang Binatang dan Unsur yang menaunginya, diyakini oleh masyarakat Tiongkok kuno bahwa 12 shio ini mempunyai pengaruh terhadap sifat, sikap dan personalitas setiap orang yang dilahirkan dibawah simbol binatang dan unsur tersebut. Pada setiap pergantian 12 tahun maka Unsur yang mempengaruhi tahun tersebut juga berganti .

Simbol binatang dalam Kalender Imlek ini adalah Tikus , Kerbau , Kelinci , Harimau , Naga , Ular , Kuda , Kambing , Monyet , Ayam , Anjing dan Babi , sedangkan yang disebut sebagai Ngo Heng alias lima unsur yang terdiri dari unsur Emas, Kayu, Tanah, Api dan Air, Lima Unsur inipun dipercaya membawa hikmahnya masing-masing, karena Lima Unsur ini bisa saling menguatkan, saling membutuhkan dan bahkan bisa saling “ membunuh “, misalkan unsur Kayu akan sangat membutuhkan unsur Tanah untuk tumbuh, dan unsur Tanah sangat membutuhkan unsur Air agar Kayu / Pohon bisa tumbuh sedangkan unsur Emas dan unsur Kayu tidak boleh berdekatan dengan unsur Api karena pasti kan terbakar ataupun meleleh .

Kalender ini juga adalah satu-satunya Kalender Lunar yang mengenal pengulangan Bulan ( Loen ) yaitu penyesuaian antara Perhitungan Bulan dan Perhitungan Matahari, berbeda dengan Kalender Arab yang juga sama-sama perhitungannya berdasarkan bulan tetapi tidak dikenal adanya penyesuaian ( Loen ) tersebut, maka Kalender Arab selalu maju antara 11 hari sampai 12 hari setiap tahunnya sedangkan Kalender Imlek akan maju dan mundur berdasarkan hitung-hitungan para Astronom nya.

Tahun Baru Imlek pada umumnya dirayakan sampai 15 hari setelah Tahun Baru , pada hari kedelapan malam bagi yang masih merayakan biasanya diadakan Sembahyang pada Thian ( Tuhan / Allah ) dengan maksud mengucapkan Bhakti , Syukur dan memohon Rejeki yang lebih baik pada Tahun yang Baru yang akan dijalani, dan setelah hari kelima belas atau yang biasa disebut sebagai Cap Go Meh ( dahulu disebut juga dengan Goan Siauw ) orang akan bergembira merayakan akhir dari rentetan acara Tahun Baru dan pada umumnya dibarengi dengan bersembahyang di Vihara ataupun di Kelenteng-kelenteng , karena setelah lewat Cap Go Meh orang sudah tidak lagi saling mengucapkan Sin Cun Kiong Hie ataupun Kong Xie Fat Choi ( tabu katanya ).

Demikianlah di zaman Tiongkok Kuno didalam melakukan segala sesuatu harus penuh dengan hitung-hitungan rumit semacam itu, pada akhirnya sampai sekarang ini yang masih tersisa antara lain adalah Hitungan Feng - Sui, Hitungan Feng-Sui banyak digunakan bila seseorang akan membangun atau menempati Rumah baru yang akan ditempati ataupun soal hari dan tanggal perkawinan dan juga dipercaya bisa membawa Rezeki dan keberuntungan buat yang cocok dan percaya ataupun bisa-bisa malah menimbulkan Celaka dan Mara Bahaya buat yang tidak cocok, di Hong Kong suatu ketika pernah terjadi ada sebuah Bank yang cukup kuat menjadi bangkrut hanya gara-gara seorang Suhu Feng-Sui yang sangat terkenal membuat pernyataan bahwa Gedung Bank tersebut tidak membawa Hoki, lalu para nasabah pun mulai menarik uangnya dan bangkrutah Bank tersebut.

Hiasan pada hari Tahun Baru Imlek

Sebelum menyambut Tahun Baru Imlek , para keluarga Tionghoa akan menghias rumah dengan pot-pot berisi bunga yang sedang mekar dan berkembang, menyediakan kantong-kantong berisi jeruk, dan juga kantong-kantong berisi 8 jenis manisan buah kering. Di dinding dan pintu akan digantung Lian dengan hiasan indah yang berisi puisi-puisi dengan maksud dan tulisan yang sangat indah dan ucapan tahun baru yang dilukiskan di atas kertas merah.

Jeruk

Kebiasaan lain dari masyarakat Tionghoa zaman dulu , mereka akan membawa satu tas yang berisi jeruk dan angpau yang akan diberikan apabila mengunjungi sahabat , kawan dan keluarga yang lebih senior sepanjang dua minggu sampai degan Cap Go Meh. Menurut kepercayaan orang Tiongkok dahulu, jeruk yang masih mempunyai daun yang melekat mempunyai maksud agar hubungan seseorang dengan yang lain akan terjalin lebih erat. Buat yang baru menikah maka hal ini melambangkan hubungan perkawinan yang akan terjalin erat dan akan mekar sehingga mendapatkan banyak anak. Jeruk adalah lambang kegembiraan bagi masyarakat orang Cina.

Kantong Manisan

Kantong manisan ada yang berbentuk bulat atau segi delapan da penuh berisi pelbagai jenis manisan dimaksudkan agar Tahun yang Baru bisa dilalui dengan penuh ‘kemanisan’.

Setiap manisan dalam kantong ada arti dan melambangkan tuah yang tersendiri:

* Manisan Tembikai ( sejenis Kiam Bui ) - melambangkan pertumbuhan dan kesihatan yang baik
* Kuaci - melambangkan kegembiraan, kebenaran dan kejujuran
* Buah Leci - melambangkan ikatan kekeluargaan yang erat
* Kumkuat ( sejenis jeruk Lemon ) – melambangkan kekayaan
* Manisan Kelapa – melambangkan keakraban
* Kacang Tanah – melambangkan kehidupan dan kekekalan
* Longan ( Kelengkeng ) - melambangkan seseorang akan memperoleh banyak anak lelaki
* Buah / Biji Teratai – melambangkan banyak anak.

Penutup

Mungkin disini bisa diambil suatu kesimpulan sederhana bahwa Tahun Baru Imlek itu sebenarnya secara hakiki lebih bersifat merayakan Tradisi dan bukan hanya “ milik “ suatu agama tertentu, walaupun ada agama yang menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai Hari Raya nya, karena Tahun Baru Imlek ini sendiri sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sebelum agama tersebut ada dan dianut oleh umatnya, artinya ( menurut saya ) Tahun Baru Imlek boleh-boleh saja dirayakan dan diramaikan oleh semua orang Tionghoa apapun agama dan kepercayaan nya, sejauh tidak diikuti dengan melakukan ritual-ritual keagamaannya, karena kan tidak ada agama apapun yang melarang seseorang untuk melakukan penghormatan kepada orang yang lebih tua dan dihormatinya.

Sejarah Perayaan Kue Bulan.(Moon Cake Festival)


Setiap tahun pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, orang-orang Tionghoa di seluruh pelosok dunia memperingati Hari Raya Tiong Ciu, atau yang lebih dikenal dengan Perayaan Kue Bulan (Moon Cake Festival). Hari raya ini merupakan perayaan yang paling populer di kalangan masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia, dan kepopulerannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Karena selain merupakan legenda, kue bulan juga sangat digemari. Namun tahukah kita bahwa perayaan ini telah dimulai sejak lebih dari 2.200 tahun yang lalu ???
Asal mula 中秋節 Hari Raya Zhong Qiu {Hok Kian : Tiong Ciu}, disebut juga sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, adalah karena dirayakan pada pertengahan musim gugur, di mana pada waktu ini para petani baru ada suasana hati yang lega dan santai, untuk merayakan hasil panen yang berlimpah.
Perayaan Tiong Ciu sudah mulai dilakukan pada tahun ke-2 masa Kaisar 秦始皇 Qin Shi Huang [Dinasti Qin = 221 – 206 SM], penanggalan Imlek bulan 8 tanggal 15. Pada hari tersebut Kaisar Qin Shi Huang berkumpul bersama dengan penduduk desa di Wu Kao Shan. Pada malam harinya semua orang menikmati pemandangan indahnya bulan di langit yang terang dengan sangat gembira, sambil bernyanyi-nyanyi dan sambil minum arak.
Pada masa Dinasti Tang [618-907 M], Hari Raya Tiong Ciu ditetapkan sebagai malam bulan purnama. Pada waktu itu ada syair yang berbunyi: “1 tahun ada 12 X bulan purnama, tapi yang paling bulat dan yang paling indah dilihat, yaitu bulan purnama di Hari Raya Tiong Ciu.
Pada masa Dinasti Song [960-1279 M], Perayaan Kue Bulan baru mulai terkenal di kalangan rakyat banyak. Setiap penanggalan Imlek tanggal 15 bulan 8, semua orang menikmati indahnya pemandangan bulan purnama sambil makan kue-kue.
Orang zaman dulu membagi Hari Raya Zhong Qiu menjadi 3 bagian:
Imlek tanggal 14 bulan 8 : disebut 迎月會Ying Yue Hui, pesta menyambut kedatangan bulan purnama.
Imlek tanggal 15 bulan 8 : disebut 賞月會 Shang Yue Hui, pesta menikmati pemandangan bulan purnama.
Imlek tanggal 16 bulan 8 : disebut 追月會 Zui Yue Hui, pesta mengejar bulan purnama.

Namun pada masa Dinasti Yuan (1271-1368 M), Festival Zhong Qiu baru memiliki makna cinta Negara. Ada sebuah buku yang berjudul 浪跡叢談 Lang Ji Cong Tan, ada mencatat peristiwa sebagai berikut: Pada masa akhir Dinasti Yuan, ada seorang tua dari Dinasti Song, pada beberapa hari sebelum Hari Raya Zhong Qiu, menyebarkan desas-desus kemana-mana: Makanlah kue bulan pada Hari Raya Zhong Qiu, dengan demikian dapat terhindar dari wabah menular !

Oleh karena ini, orang yang membeli dan memakan kue bulan sangat banyak. Maka, orang-orang yang setia kepada Negara Song bertekad untuk menggulingkan Dinasti Yuan (orang Mongol) dan memulihkan kekuasaan Dinasti Song. Kemudian mereka secara khusus membuat sangat banyak kue bulan, di mana di dalam kue tersebut diselipkan secarik kertas yang bertuliskan: Bunuh Mongolia pada malam Tahun Baru Imlek !
4 (empat) bulan kemudian, Dinasti Yuan berhasil digulingkan oleh 朱元璋 Zhu Yuan Zhang yang kemudian naik tahta menjadi Kaisar dan bergelar 明太朱 Ming Tai Zhu. Kemudian Ming Tai Zhu menjadikan kue bulan sebagai Peringatan Mendirikan Negara [Dinasti Ming = 1368 – 1644 M], dan menjadikan Hari Raya Zhong Qiu sebagai Hari Raya memulihkan kekuasaan Negara.
Pertengahan Musim Gugur merupakan musim untuk berkumpul kembali bersama keluarga, disebut juga Bulan Yang Bulat Sempurna 月圓 (Yue Yuan), keluargapun berkumpul bersama 人圓 (Ren Yuan).
Festival Kue Bulan, tak terduga ternyata memiliki demikian banyak cerita. Orang zaman dulu melihat bulan yang terang di atas langit, bulat bundar dan berwarna kuning, merasa sangat indah, lalu membuat sebagai kue untuk dimakan, di luar dugaan menimbulkan banyak kisah yang menarik.

Makna Tiong Chiu


Perkataan Tiong Chiu berasal dari kata Tiong berarti tengah dan Chiu berarti musim rontok, jadi boleh dikatakan sebutan Tiong Chiu arti secara harafiah berarti pertengahan musim rontok. Namun demikian masyarakat lebih kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia sebenarnya penyebutan ini tidak tepat/salah kaprah namun kenyataan dalam kebiasaan masyarakat tetap demikian.

Perayaan sembahyang kue bulan tahunan setiap tanggal 15 bulan delapan kalender Imlek, untuk tahun ini memasuki tahun Imlek ke 2557 tanggalan masehi jatuh pada tanggal 6 Oktober 2006. Pada hari itulah bulan paling bulat dan paling terang sepanjang tahun, karena pada hari itu jarak bulan dengan bumi dan bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi.

Sejarah
Bicara Tiong Chiu Pia dapat dibagi dalam tiga bagian (1) Adat Sembahyang Dewi Bulan, (2) kisah Dewi Bulan, (3) Kue.

Pertama, sebelum Dinasty Qin 221-206 SM rakyat China sudah mengenal tradisi/adat sembahyang Dewi Bulan yang dihubungkan dengan posisi bulan bagi masyarakat untuk cocok tanam (agraris). Karena dianggapnya sinar rembulan dapat memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani dan dimalam purnama memang bulan terterang sepanjang tahun juga diikuti musim panen.

Kedua, menurut legenda zaman dahulu kala terdapat 10 matahari yang sangat mempengaruhi ekosistem bumi sehingga oleh Dewa Ho Yi pemanah Jitu Khayangan/langit, dipanalah matahari hingga sisa satu. Peristiwa ini Yi Wang Ta Tie (Tuhan) sangat malah dan menghukum HOYI dan istrinya Chang Er dengan cara menjadikan pasangan ini menjadi masyarakat biasa/ hidup di duniawi. Suatu hari mereka menemukan obat awet muda sepanjang masa dan dimakan oleh istrinya Chang Er sehingga tubuhnya ringan dan terbang menuju bulan. Dari sinilah asal muasal sembahyang Dewi Bulan.

Ketiga, kue Tiong Chiu Pia. Pada tahun 1206 M China dijajah Mongolia pimpinan Tieh Mu Chen hingga tahun 1368 M berarti selama 89 China dijajah Mongolia. China berhasil merebut kembali dari Mongolia berkat upaya kepala pengemis Zhu Yan Chang menjelang sembahyang Dewi Bulan mengedarkan pesan-pesan dalam kue-kue agar pada malam purnama (Tiong Chiu) kita merebut kekuasaan kembali dari tangan Mongolia dan ternyata berhasil bertepatan pada tanggal 9 September 1368 M. Semenjak itulah kue Tiong Chiu mengalami perkembangan hingga dewasa ini. Dan semenjak inilah berdirinya kerajaan pertama di Tiongkok dengan sebutan Dinasty Ming (1368-1644 M). Masa kepemimpinan Tieh Mu Chen 1206-1368 M oleh adiknya bernama Hu Pit Lei Han dinamai Dinasty Yan (1206-1368) M.

Religius
Sembahyangan Tiong Chiu diselenggarakan pada tanggal 15 bulan delapan Imlek (Pue Gwee Cap Go) secara religius sebagai pernyataan syukur kepada Malaikat Bumi (Too Ti Kong/Hok Tik Cing Sien). Penyambutan di saat bulan purnama di pertengahan musim rontok di belahan bumi Utara. Saat itu cuasa baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Maka musim itu dihayati sebagai saat-saat yang penuh berkah Tuhan Yang Maha Esa lewat bumi yang menghasilkan berbagai hasil bumi, sehingga malaikat Bumilah disembahyangi terutama bagi negara agraris yang terdapat empat musim seperti Cina.

Pada saat purnama yang cemerlang itu dilakukan sembahyang kepada Dewa Bumi sebagai pernyataan syukur atas berkah yang diperoleh. Sebagai sajian khususnya ialah Tiong Chiu Pia yang melukiskan rembulan juga melambangkan Dewa Bumi. Di dalam Upacara sembahyang Besar Tiong Chiu hendaknya dihayati makna yang tersirat bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Pengasih dan segenap berkah karunia itu hendaknya mendorong dan meneguhkan Iman, menjunjung dan memuliakan kebajikan karena makna Dewa Bumi membawakan berkah atas kebajikan. Menghormati Dewa Bumi hendaknya mengingatkan pula kepada Sabda Nabi Ie Ien yang berbunyi “sungguh milikilah yang satu-satunya, yaitu “kebajikan”, Dialah yang benar-benar berkenan di hati Tuhan. Jangan berkata Tuhan memihak kepadaku, hanya Tuhan senantiasa melindungi yang satu, yakni kebajikan”.

Selain sembahyang Dewa Bumi, masyarakat justru banyak yang sembahyang kepada Dewi Bulan di malam hari. Soal spiritual tidak ada yang bisa menghalangi seseorang untuk menunaikan ibadah dan yang penting adanya niat untuk memberikan kelurusan dalam hati dengan membuka pintu rohani menunaikan ibadah untuk memberikan kenyamanan bathin bagi yang melaksanakannya. Justru kemelian perayaan malam purnama adanya persembahyangan kepada Dewi Bulan Selain sajian kue bulan juga bermakna mendoakan mendapatkan kecantikan bagaikan Dewi Bulan sepanjang jagad yang disimbolkan dengan bedak untuk dipakai oleh para pemuja.

Tradisi kita "laki-laki berdiri di kiri dan wanita di kanan"


Di Tiongkok "laki-laki berdiri di kiri dan wanita di kanan" seolah-olah sudah menjadi kebiasaan masyarakat Tiongkok, dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang. Kalau ke WC, lelaki masuk pintu kiri, dan wanita masuk pintu kanan. Kalau mengenakan cincin, laki-laki di tangan kiri, dan wanita di tangan kanan. Selain itu, apabila sepasang suami istri mengambil foto, atau menghadiri upacara tertentu, biasanya suami di sebelah kiri dan istri di sebelah kanan. Kalau terbalik, bisa ditertawai karena dianggap melanggar adat istiadat "laki-laki di kiri dan wanita di kanan".

Bagaimana terjadinya adat istiadat itu? Konon ketika leluhur bangsa Tionghoa Pangu meninggal dunia, organ-organ badannya menjelma menjadi matahari, bulan, bintang, gunung, sungai serta jiwa di bumi. Mata kiri Pangu menjadi dewa mata hari, mata kanannya menjadi dewi bulan. Adat istiadat "laki-laki di kiri, dan wanita di kanan" berasal dari cerita itu. Kedua dewa yang masing-masing mewakili matahari dan bulan itu siapa? Dewa matahari namanya Fuxi, dewi bulan namanya Nuwa, keduanya adalah dewa dalam dongeng rakyat Tiongkok.

Selain itu, adat istiadat "laki-laki di kiri, wanita di kanan" berhubungan erat dengan pandangan filsafat rakyat di zaman kuno. Para ahli filsafat kuno Tiongkok berpendapat, di dunia terdapat dua energi. Satu disebut Yang, dan yang satu lagi disebut Yin. Semua hal ikhwal di dunia alam ini bisa diuraikan menjadi Yin dan Yang. Misalnya besar dan kecil, panjang dan pendek, atas dan bawah, kiri dan kanan. Yang besar, panjang, atas dan kiri adalah Yang, sedangkah hal-hal yang kecil, pendek, bawah dan kanan adalah Yin.

Laki-laki yang dianggap kuat digolongkan sebagai Yang. Ia berdiri di sebelah kiri wanita yang dianggap lemah dan termasuk Yin di kanannya. Ini juga merupakan salah satu asal usul adat istiadat "laki-laki di kiri, wanita di kanan".

Dalam masyarakat feodal Tiongkok, semua hal ikhwal terbagi ke dalam hormat dan hina serta tinggi dan rendah, tak kecuali arah Timur, Barat, Selatan dan Utara, serta depan, belakang, kiri dan kanan.

Pada zaman kuno Tiongkok, kaisar adalah yang paling tinggi. Ia duduk menghadap ke Selatan dan membelakangi Utara. Di sebelah kirinya adalah Timur. Maka sementara kita menghormati arah Timur, posisi kiri juga ikut menjadi anggun. Kamar merupakan bagian paling penting dalam perumahan rakyat.

Di Siheyuan, yaitu perumahan dengan pekarangan segi empat di tengahnya yang merupakan perumahan tradisional di Beijing semuanya berlantai satu, tidak ada bangunan bertingkat. Rumah paling penting dalam Siheyuan adalah Zhengfang, atau rumah resmi, yaitu kamar-kamar mengarah selatan ,disebut pula Shangfang, atau rumah kehormatan. Karena roh peringatan leluhur ditempatkan di tengah rumah Zhengfang, maka kamar Zhengfang berstatus paling tinggi di seluruh rumah Siheyuan. Rumah Zhengfang terdiri dari tiga kamar, di tengah-tengah adalah ruang untuk menghormat leluhur, kamar kiri di sisi timur untuk kakek dan nenek , dan kamar kanan di sisi barat untuk ibu dan ayah. Kamar di sisi kiri lebih besar daripada kamar di sisi kanan. Itu juga adalah pengaruh dari adat istiadat menghormati kiri.

Mengenakan cincin juga mempunyai aturan sendiri.Publik pada umumnya menganggap, kiri menandakan kewibawaan dan kekuatan, kanan menandakan kelemahan dan perhatian. Maka pemakaian cincin juga dibedakan. Laki-laki memakai cincin di tangan kiri, wanita di tangan kanan.

Disamping itu, kalau cincin dikenakan di jari telunjuk oleh seorang , itu pertanda bahwa ia sedang mencari jodoh. Kalau cincin itu dikenakan di jari manisnya , pertanda bahwa pria itu sudah menikah. Sedangkan wanita pada umumnya tidak mengenakan cincin pada jari telunjuknya. Baik laki-laki maupun perempuan bila mengenakan cincin pada jari kelingkingnya masing-masing di tangan kiri dan tangan kanannya , itu adalah pernyataan tegas bahwa dirinya masih belum punya pasangan. Kalau berhubungan dengan orang lain, sebaiknya memperhatikan di mana orang tersebut memakai cincinnya, dan menghormati adat istiadat ini supaya dapat bergaul dengan baik.

Menurut adat istiadat Timur, kalau sepasang suami isteri harus menandatangani sebuah dokumen, nama suaminya pasti harus di depan, dan disusul dengan nama istrinya . Tapi lain di Barat yang menjunjung kebiasaan lady first. Ada satu pepatah Tiongkok berbunyi, memasuki negara lain harus mengikuti kebiasaan negara itu. Dengan mengikuti adat istiadat ini, kalau Anda datang ke Tiongkok, Anda akan dapat dengan cepat membaur dengan masyarakat Tiongkok.

TANG CHUE ATAU TUNG CHE ATAU ONDE


TANG CHUE ATAU TUNG CHE ATAU ONDE (By.Purnama Sucipto Gunawan)


Tang Chue atau tung che sekitar bulan 11 sampai bulan 12 kalender
tionghoa. Tung che adalah tradisi perayaaan tanda terima kasih kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas lindunganNYa dan berkahNYA.

1. Perayaan Dongzhi sebenarnya sudah ada sejak dinasti Zhou. Tapi
karena pada masa Zhou memiliki sistem kalender yang berbeda ( cat:
penempatan tahun baru ). Pada masa tersebut, Dongzhi dianggap tahun
baru. Kemudian pada masa dinasti Han, dimana sistem kalender berubah
lagi, barulah Dongzhi dirayakan secara meriah dan dengan cara yang
berbeda pada masa dinasti Zhou. Perayaan Dongzhi sekarang ini bisa
dikatakan berasal dari dinasti Han.

2.dong 冬 berarti musim dingin, zhi 至 berarti paling/sangat
Dongzhi adalah hari dengan siang terpendek (malam terpanjang) di bumi
bagian utara.
Matahari berada pada posisi paling selatan (23,5° LS).
Dongzhi memiliki makna yang luas dan mengandung unsur kekeluargaan.
Dan kita harus tahu bahwa keluarga merupakan salah satu pilar budaya
Tionghoa.
Selain itu dalam Dongzhi ada makanan yang melambangkan bentuk
perlawanan terhadap mereka yang zalim.

Tangyuan atau onde melambangkan persatuan dan keharmonisan keluarga.
Yuan yang artinya bulat melambangkan kesempurnaan. Tangyuan kadang
disebut tuanyuan yang artinya adalah reuni keluarga.

Selain itu juga ada pepatah yang disebutkan pada saat Dongzhi, "Tidak
memakan pil emas, tidak memakan pil perak, tidak bertambah satu
tahun." Maksudnya adalah mereka yang makan onde akan bertambah umurnya
satu tahun, dan ini merupakan suatu doa atau harapan agar kita selalu
panjang umur.

Orang Tiongkok utara memakan Jiao'er atau Huntun.
Ketika dinasti Han, banyak penduduk menderita penyakit akibat hawa
dingin hingga telinganya membeku ( cat: disebut jiaoer ). Seorang
tabib Zhang Zhongjing ( cat: 25-220 M) membuat ramuan obat yang
terdiri dari daging, bumbu serta bahan obat, yang dibungkus menyerupai
bentuk telinga.

Zaman dinasti Han penduduk sering diganggu oleh orang Xiongnu yang
dipimpin oleh dua orang yang bernama Hun dan Tun. Untuk
mengekspresikan kejengkelan mereka, dibuatlah makanan yang dinamakan
huntun. Sehingga memakan huntun diartikan memakan pemimpin Xiongnu:
Hun dan Tun.

Tidak selalu jatuh pada tanggal 13. Tahun ini dongzhi jatuh pada
bulan 11 tanggal 13. Tahun depan jatuh pada tanggal 24 bulan 11.
Dongzhi pasti jatuh di bulan 11 penanggalan Imlek.
Untuk itu kita perlu tahu sistem perhitungan jieqi dan satuan minggu
dalam penanggalan Tiongkok.

Perayaan Tang Chue Atau Tung che merupakan perayaan dimana berkumpulnya satu keluarga, makna perayaan tung che sendiri bersifat kekeluargaan, dimana seluruh kerabat keluarga berkumpul, dan menikmati makan ronde bersama, dalam perayaan ini keharmonisan dalam keluarga sangat diutamakan, sehingga perayaan ini penuh dengan makna rasa syukur apa yang diberikan oleh Yang Kuasa.

dalam Perayaan ini kita belajar menghormati keluarga, dan menghargai keluarga, dimana yang senior diutamakan dahulu dalam pemberian onde dahulu, baru kepada saudara, dan kawan - kawan kita. Artinya warga senior diberi penghormatan agar kita, bisa belajar dari menghormati sesama kita.

Sejarah BakCang / Peh Cun


Duanwu Jie (Hanzi: 端午節) atau yang dikenal dengan sebutan festival Peh Cun di kalangan Tionghoa-Indonesia adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Cina. Peh Cun adalah dialek Hokkian untuk kata pachuan (Hanzi: 扒船, bahasa Indonesia: mendayung perahu). Walaupun perlombaan perahu naga bukan lagi praktek umum di kalangan Tionghoa-Indonesia, namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini.

Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dihitung dari masa Dinasti Zhou

Dari catatan sejarah dan cerita turun temurun dalam masyarakat Tionghoa, asal usul festival ini dapat dirangkum menjadi 2 kisah:

Peringatan atas Qu Yuan


Qu Yuan (Hanzi: 屈原) (339 SM - 277 SM) adalah seorang menteri negara Chu (Hanzi: 楚) di Zaman Negara-negara Berperang. Ia adalah seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya, banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu, bersatu dengan negara Qi (齊) untuk memerangi negara Qin (秦). Namun sayang, ia dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang padanya yang berakhir pada pengusirannya dari ibu kota negara Chu. Ia yang sedih karena kecemasannya akan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri dengan melompat ke sungai Miluo. Ini tercatat dalam buku sejarah Shi Ji.

Lalu menurut legenda, ia melompat ke sungai pada tanggal 5 bulan 5. Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai bakcang sekarang. Para nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.

Bermula Dari Tradisi Suku Kuno Yue di Cina Selatan

Perayaan sejenis Peh Cun ini juga telah dirayakan oleh suku Yue di selatan Cina pada zaman Dinasti Qin dan Dinasti Han. Perayaan yang mereka lakukan adalah satu bentuk peringatan dan penghormatan kepada nenek moyang mereka. Kemudian setelah terasimilasi secara budaya dengan suku Han yang mayoritas, perayaan ini kemudian berubah dan berkembang menjadi perayaan Peh Cun yang sekarang kita kenal.

Sebagai tambahan, banyak yang tahu bahwa Duanwu / Peh Cun berhubungan
dengan peringatan akan legenda sastrawan Qu Yuan dan legenda Jiezitui.
Yang mungkin belum banyak diketahui orang adalah sebelum masanya Qu
Yuan, Duanwu jie sebenarnya sudah menjadi budaya. Dihitung dari
kalendar pertanian, Duanwu adalah masa panen gandum yang ditanam pada
musim gugur sebelumnya (orang barat menyebutnya winter wheat). Jadi
para petani merayakan masa panen gandum ini, salah satunya adalah
dengan lomba perahu naga dan tidak ketinggalan makan-makan yang
melahirkan Bakcang atawa Zongzi.

Bacang sekarang udah jadi makanan umum. Padahal dulu bacang cuma bisa
dijumpai di sekitar hari peh-cun, yaitu sembahyang dengan sajian bacang.

Bacang beras, cuma orang jakarta (mungkin juga Jawa barat) yang biasa
menyantapnya. Sementara di Jawa tengah, Jawa timur, Sumatra dan
Kalimantan, bacang terbuat dari ketan.
Tidak tahu, siapa yang menyimpang dari pakem Smile yang beras atau yang
ketan:-)

Di daerah tertentu, karena pengaruh suku (chinese) tertentu, bentuk
bacang berbeda dari bacang yang biasa kita lihat sekarang ini. Karena
diriku terbiasa dari kecil makan yang ketan, sampai sekarang ya tetep
cinta yang ketan. dan bagiku, inilah yang original. hehehehe.....

Daging untuk isian bacang, umumnya daging babi, tapi karena bacang
udah jadi makanan yang universal, supaya bisa dimakan siapa aja, maka
isian bacang gak terbatas pada daging babi saja. Bisa di ganti daging
ayam, bisa daging sapi. Seafood nggak cocok ya, karena tidak cocok
dimasak dalam waktu lama.

Isian bacang, bisa dibuat variasi dari daging potongan yang di masak
kecap di campur jamur hioko dan lakci (semacam kacang). Telur asin
(kuningnya saja), juga enak di masukkan di tengah daging bacang.
Bacang isi daging cincang, lebih enak kalau dagingnya tidak di masak
lebih dulu.

Bacang ketan tanpa isi, di sebut Kwe cang, ini "bacang" vegetarian.
Dimakan dengan di cocol kinca atau sirup. Pembuatannya lebih
sederhana, tanpa di tumis dulu, hanya ketan di rendam air abu selama
beberapa jam, hingga warnanya kekuningan. Hasil akhirnya mirip lupis,
tetapi berwarna kuning dan kenyal karena pengaruh dari rendaman air
abu. Karena proses memasaknya yang lama dan tanpa campuran apapun, kwe
cang tahan berminggu-minggu tanpa di simpan di lemari es. Supaya hasil
kwe cang bagus, bening tanpa noda, beras ketan harus bersih dan tidak
tercampur butiran beras lainnya.

da yang namanya Kwee Cang. Kwee cang ini hampir sama seperti Bak Cang. Perbedaan kwee cang dengan bak cang adalah isinya.
Kwee cang itu ngak ada isinya atau tidak diisi daging. Kwee Cang berasal dari Sumatera Utara atau medan. Kwee Cang untuk yang vegetarian. Kwee cang itu lebih kecil dari bak cang. bahannya sama seperti bak cang hanya saja tidak menggunakan beras, tapi kentan. Dan dicampurkan dengan gula merah atau gula jawa. Fenomena Kwee cang di Indo sangat menarik. Kwee Cang sering sekali dijadikan bahan sembayangan kepada para bodhisatva pada hari raya Peh Cun, karena tidak berisi daging, bagi yang vegetarian bisa menikmati hari peh cun dengan memakan kwee cang.

Tradisi Cheng Beng


Setiap tanggal 4 atau 5 April, menurut tradisi Tionghoa,
adalah hari Cheng Beng (Mandarin: Qingming). Di mana menurut
tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat
pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara
penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan
berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan
kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan
Gincua (mandarin: Yinzhi=kertas perak).

Cheng beng adalah salah satu dari 24 Jieqi yang ditentukan
berdasarkan posisi bumi terhadap matahari. Pada Kalender Gregorian
AWAL (bukan akhir!) Cheng beng jatuh pada tanggal 5 April atau 4
April. Bila kita artikan kata Cheng beng, maka Cheng berarti cerah
dan Beng artinya terang sehingga bila digabungkan maka Chengbeng
berarti terang dan cerah.
Hari Qingming berkaitan dengan 2 hal yaitu Hanshi jie dan jieqi.

Saat Chengbeng ideal untuk berziarah dan membersihkan makam
karena cuaca yang bagus (cuaca cerah, langit terang). Apalagi pada
jaman dahulu lokasi pemakaman cukup jauh dari tempat
pemukiman.
Bahkan bila ada orang yang tinggal jauh dari kampung halamannya,
mereka akan berusaha untuk pulang ke kampung halamannya, khusus
untuk melakukan upacara penghormatan para luluhur.

Sejarah Cheng Beng

Sejarah Cheng beng dimulai sejak dulu kala dan sulit dilacak kapan
dimulainya. Pada dinasti Zhou, awalnya tradisi ini merupakan suatu
upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian
serta pertanda berakhirnya hawa dingin (bukan cuaca)
dan dimulainya hawa panas. Ada sebuah syair yang
menggambarkan bagaimana cheng beng itu yaitu: "Sehari
sebelum cheng beng tidak ada api" atau yang sering
disebut Hanshijie (han: dingin, shi: makanan, jie:perayaan/festival).

Hanshijie adalah hari untuk memperingati Jie Zitui yang tewas
terbakar di gunung Mianshan. Jin Wengong (raja muda negara Jin pada
periode Chunqiu akhir dinasti Zhou) memerintahkan rakyat untuk tidak
menyalakan api pada hari tewasnya Jie Zitui. Semua makanan dimakan
dalam kondisi dingin, sehingga disebut perayaan makanan
dingin. Jin Wengong untuk mengenangnya sebagai sahabat, ia
mengenakan sepatu kayu atau yang kita kenal dengan sebutan bakiak.
Sepatu kayu ini berkaitan dengan bunyi ketika dipakai, yaitu bunyi
peng yang artinya adalah sahabat.

Pada masa dinasti Zhou, kebiasaan tidak menyalakan api pada hari
Hanshi sudah ada.
Kisah Jie Zitui dikaitkan dengan perayaan Hanshi dimulai pada masa
dinasti Han.

Chengbeng lebih tepat jika dikatakan terjadi pada tengah
musim semi. Pertengahan musim semi (Chunfen) sendiri
jatuh pada tanggal 21 Maret, sedangkan awal musim
panas (Lixia) jatuh pada tanggal 6 Mei.
Sejak jaman dahulu hari cheng beng ini adalah hari untuk
menghormati leluhur. Pada dinasti Tang, hari cheng beng
ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat untuk
menghormati para leluhur yang telah meninggal, dengan
mengimplementasikannya berupa membersihkan kuburan
para leluhur, sembahyang dan lain-lain.
Pada masa pemerintahan Tang Xuanzhong, hari raya Qingming menjadi
libur nasional.
Pada hari itu, para pejabat, karyawan mendapat cuti untuk berjalan-
jalan, kembali ke kampung halaman untuk membersihkan kuburan.

Di dinasti Tang ini, implementasi hari cheng beng hampir
sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-
uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan
membersihkan kuburan.
Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai
gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Kebiasaan
lainnya adalah bermain layang-layang,makan telur, melukis telur dan
mengukir kulit telur.

Hari raya Qingming juga merupakan hari dimana para petani siap
bercocok tanam, dan konon daun teh dipetik pada hari sebelum
Qingming adalah daun teh yang terbaik.

Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng karena selain
cuaca yang cerah dan langit yang terang, kondisi angin sangat ideal
untuk bermain layang-layang.
Pada jaman dahulu, layang-layang itu memiliki fungsi lain yaitu
dituliskan uneg-uneg atau hal-hal yang menyedihkan dan diterbangkan
ke langit.
Kegiatan seperti ini sebenarnya dilaksanakan pada festivali Shangsi
tapi dengan cara yang berbeda yaitu dengan mandi.
Festival ini sekarang sudah jarang dilakukan secara umum dan meluas.

Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui,
karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu.
Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan
menggantungkan gambar burung walet yang terbuat
tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini
disebut burung walet Zitui.

Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian
kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas
batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming.
Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti
itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti
Ming, untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak
tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh
kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyatpun mematuhi
perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang
batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya.

Kenapa pada hari cheng beng itu harus membersihkan
kuburan?

Itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang
dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan
tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak
tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga.
Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari
itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan.
Dan keluarga bisa berkumpul bersama-sama pada hari Qingming dan
bermain
setelah membersihkan kuburan. Pada masa dinasti Song, permainan
tarik tambang, lomba perahu merebut bola kain, sepak bola,
pertunjukan boneka di atas air dan banyak hiburan lainnya dilakukan.
Para gadis juga bisa bebas bermain keluar pada hari sebelum dan
sesudah perayaan perayaan Qingming.

Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang
yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng,
orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan
menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi
di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah
tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia
tetap menginjak tanah leluhurnya.

Bagi mereka yang merantau, hari Qingming ini adalah hari untuk
kembali ke kampung halamannya dan kebiasaan ini ditetapkan sebagai
hari libur kenegaraan pada masa dinasti Tang untuk mereka yang
merantau bisa ada waktu untuk kembali ke kampung halamannya.
Sebenarnya perayaan orang Tionghoa banyak yang berkaitan dengan
jieqi atau penanggalan yang dikaitkan dengan sistem kalender
matahari. Sebagai contoh adalah Dongzhi, Qingming, Duan Wu adalah
festival yang berkaitan dengan jie qi.